Senin, Mei 5, 2025
BerandaBerita TerbaruDangdut Tahun 1970-an: Senjata Orba Lumpuhkan Daya Kritis Pemuda

Dangdut Tahun 1970-an: Senjata Orba Lumpuhkan Daya Kritis Pemuda

Musik Dangdut pada tahun 1970-an merupakan tonggak bersejarah bagi peradaban musik di Indonesia. Pemerintah Orde Baru pernah melumpuhkan daya kritis pemuda dengan musik dangdut.

Presiden Suharto melalui Departemen Penerangan menelaah dangdut sebagai musik populer di Indonesia terutama di kalangan para pemuda.

Mereka yang suka dangdut cenderung mudah terombang-ambing arus politik. Hal ini terlihat panggung dangdut sering muncul di beberapa pesta rakyat seperti Pemilihan Umum (Pemilu).

Untuk menghindari pemuda yang kritis dan membahayakan pemerintah Orde Baru membuat Presiden Suharto berpikir ulang saat menyebut dangdut sebagai musik yang “meninabobokan kawula muda”.

Baca Juga: Sejarah Musik Dangdut, Meninabobokan Pemuda Zaman Orba

Pemerintah Orba akhirnya banyak memberikan masukan dan dana untuk pertunjukan-pertunjukan dangdut di acara-acara besar negara.

Bukan itu saja, pemerintah Orde Baru bahkan pernah mewacanakan dangdut jadi musik Nasional. Mereka mengumpulkan musisi dangdut di seluruh Indonesia tak terkecuali dengan si Raja Dangdut-Rhoma Irama.

Untuk menghasilkan citra dangdut sebagai genre musik yang baik pemerintah Orba memberikan bimbingan dan pelatihan resmi.

Adapun tokoh-tokoh besar dangdut di Indonesia yang dapat keuntungan dari peristiwa ini antara lain seperti, Rhoma Irama, (Alm) Meggy Z, dan Rita Sugiarto.

Semenjak wacana Dangdut menjadi Musik Nasional mereka dapat proyekan manggung di mana-mana. Selain mendapatkan bayaran finansial yang besar karena peristiwa ini, Rhoma Irama, dkk juga semakin terkenal di kancah Nasional.

Peminat dangdut tahun 1970-an rata-rata berasal dari golongan pemuda. Mereka suka dengan musik sekaligus penyanyinya yang tersohor. Hampir-hampir di setiap kampung lagu-lagu mereka berputar kencang berseru-seru.

Popularitas dangdut di kalangan pemuda tanpa sadar telah menimbulkan kesan yang apatis. Mereka tak lagi punya nyali melakukan protes dan mempergunakan pemikiran kritisnya untuk mengontrol kekuasaan berdemokrasi.

Awal Popularitas Musik Dangdut di Indonesia Tahun 1970-an

Popularitas dangdut di Indonesia terjadi tatkala lahir Rhoma Irama sebagai penyanyi. Namun jauh sebelum itu Derta Arjaya dalam Jurnal Lembaran Sejarah UGM berjudul “Dangdut dan Rezim Orde Baru: Wacana Nasionalisasi Musik Dangdut Tahun 1990 an” (2016), menyebut awal mula dangdut berasal dari genre musik Melayu.

Baca Juga: Profil Said Effendi, Kelahiran Madura Penyanyi Lagu Melayu

Pada awalnya dangdut merupakan musik melayu yang berisi lirik kebaikan. Setiap nyanyian dangdut menentramkan jiwa.

Tidak seperti sekarang yang menimbulkan stigma negatif, dangdut zaman dulu justru melibatkan penyanyi wanita yang serba “tertutup”. Bahkan hampir semua penyanyi berasal dari golongan laki-laki.

Hingga pertengahan tahun 2000-an dangdut mengalami perubahan yang signifikan. Musik yang awalnya berisi lirik-lirik kebaikan berubah jadi musik urakan.

Kendati demikian dangdut masih banyak peminat. Tapi tak jarang sebagian menolak dangdut karena terlanjur fanatik dengan musik tersebut pada era sebelumnya.

Zaman awal kejayaan dangdut oleh Rhoma Irama dan Rita Sugiarto membuat negara berdecak kagum. Sebab meskipun peristiwanya samir tapi dahulu dangdut era mereka sempat tumbuh dan menunjukan prestasinya hingga ke kancah Internasional.

Rhoma dan Rita sendiri pernah manggung hingga ke beberapa negara besar di dunia antara lain, di Timur Tengah, Jepang, Australia, dan Manilla. Bahkan Rita Sugiarto sendiri pernah mengungkapkan kebanggaannya pada Jepang.

Di Negeri Sakura tersebut dangdut jadi musik populer, hal ini tercermin dari jumlah tiket konser yang laris habis tak tersisa ketika ia manggung di Jepang.

Dangdut Melumpuhkan Daya Kritis Pemuda Zaman Orba

Meskipun dangdut masa awal masih membanggakan, namun secara tidak kita sadari dangdut telah melumpuhkan daya kritis pemuda pada zaman Orde Baru.

Penyebabnya adalah para pemuda saat itu terlampau jauh menghayati dangdut. Rela berdesak antri, berebut idola penyanyi, dan album terbaru dangdut setiap tahunnya dengan liar.

Melihat keadaan yang semakin kuat kalangan pemuda menikmati dangdut, pemerintah Orde Baru kemudian memanfaatkan situasi ini dengan tepat.

Baca Juga: Pemuda Zaman Orba, Hidup Manja dan Gemar Menghisap Ganja?

Rezim ini menina-bobokan para pemuda dan menyasar daya kritisnya menggunakan dangdut agar tidak mengawasi ketat birokrasi.

Pemerintah kemudian membuat wacana dangdut jadi musik Nasional. Masuk dalam kurikulum pelajaran dalam bidang seni dan kebudayaan Indonesia. Selain menggunakan dangdut jadi musik Nasional, dangdut juga pernah berfungsi jadi media perdamaian.

Terlihat ketika dangdut jadi musik mengantarkan Indonesia memperbaiki hubungan luar negeri dengan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) tahun 1991.

Dalam misi perdamaian Indonesia-RRT tersebut pemerintah Orde Baru mengutus beberapa rombongan pemusik melayu tersebut di Beijing pada bulan November.

Respon rakyat di sana baik dan merangkul dangdut jadi musik positif. Artinya mereka menerima dangdut jadi musik yang menarik perhatian. Atas prestasi ini sepulang pedangdut dari Beijing, presiden Suharto kemudian menjadikan dangdut jadi musik ikonik di Indonesia.

Daya kritis pemuda Indonesia pun tambah menurun. Mereka terpuruk dan tak lagi mampu mengontrol pemerintah. Para pemuda yang seharusnya jadi agent of change malah bersikap onverschillig (bahasa Belanda: Acuh tak acuh).

Kerjasama yang Baik: Musisi Dangdut dan Pemerintah Orba

Ketika dangdut berhasil menidurkan daya kritis pemuda pada tahun 1970-an, pemerintah Orba mengatakan ini sebagai hasil kerjasama yang baik antara mereka dan para musisi dangdut di Indonesia.

Para musisi dangdut kepercayaan Orba pun menerima banyak job besar. Seolah-olah mereka jadi staff negara bagian kesenian dan kebudayaan, namun yang membedakan ia tak berseragam dan tidak pergi setiap hari ke kantor.

Kendati demikian bayaran mereka lebih besar dari pegawai negeri pada umumnya.

Selain sukses mendapatkan bayaran tinggi, para musisi dangdut ini pun mendapatkan kesempatan mencetak rekaman musik-musik ciptaan sendiri.

Akibatnya prestasi mereka terdorong oleh peran pemerintah Orde Baru. Para musisi dangdut berhasil mengembangkan diri menjadi seorang artis populer waktu itu bahkan hingga saat ini.

Sedangkan pemerintah Orde Baru merasa untung karena telah terbantu menutup kebobrokan pemerintahan. Para pemuda yang biasanya mengobrak-abrik pemerintah Orba dengan demonstrasi.

Namun ketika dangdut melesat jadi musik populer, mereka justru lupa dan mendadak daya kritisnya sebagai Agent of Change hilang.

Bukannya kaum muda yang mengontrol kinerja pemerintah Orde Baru, pada zaman itu justru pemerintah Orde Baru lah yang memobilisasi dan mengawasi pergaulan pemuda.

Jadi pemerintah Orde Baru secara leluasa mengontrol mereka dalam berbagai hal tak sebatas pergaulan main, tetapi juga pergaulan intelektual yang membahayakan. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)

Orang tua takut-takuti anak dengan barak militer di Jabar

Gubernur Jabar Dedi Mulyadi Tanggapi Orang Tua yang Takut-takuti Anak dengan Barak Militer

harapanrakyat.com,- Belakangan ini, beredar di media sosial potret sejumlah orang tua memposting kegiatan anaknya sembari menggunakan nama Dedi Mulyadi dan program barak militer sebagai...
Pendidikan siswa di barak militer Jabar

Dedi Mulyadi Tahan Tangis Saat Tunjukkan Momen Pendidikan Siswa di Barak Militer, Warganet Ikut Terharu

harapanrakyat.com,- Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, membagikan momen haru saat mendampingi puluhan siswa SMP di Purwakarta menjalani pembinaan di barak militer. Ia tampak menahan...
Truk di Garut hantam rumah dan pohon sampai rungkad

Gegara Pengemudi Ngantuk, Truk di Garut Hantam Benteng Rumah dan Pohon sampai Rungkad

harapanrakyat.com,- Sebuah truk di Garut, Jawa Barat, Minggu (4/5/2025) mengalami kecelakaan tunggal. Truk tersebut menabrak sebuah benteng rumah hingga jebol hingga merobohkan pohon tua....
Ole Romeny

Jelang Laga Timnas Lawan China, Ole Romeny Minta Masyarakat Indonesia Nonton di GBK

Timnas akan berhadapan dengan China dalam laga kesembilan grup C putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026. Penyerang Timnas Indonesia, Ole Romeny meminta dukungan penuh...
Status Tanggap Darurat Bencana

Pergerakan Tanah Ancam 13 Rumah, Pemda Sumedang Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana

harapanrakyat.com,- Pemerintah Kabupaten Sumedang, menetapkan status tanggap darurat bencana selama 7 hari kedepan, dalam penanganan pergerakan tanah yang mengakibatkan longsor di Dusun Sukaasih, Desa...
Bencana Pergerakan Tanah di Sumedang

Bencana Pergerakan Tanah di Sumedang, Jalan Kabupaten Terputus dan 13 Rumah Warga Terancam

harapanrakyat.com,- Bencana pergerakan tanah di Sumedang, Jawa Barat, terjadi saat hujan deras mengguyur sejak Sabtu (3/5/2025) petang hingga Minggu (4/5/2025) dinihari tadi. Akibat pergerakan...