Rabu, Mei 7, 2025
BerandaBerita TerbaruSejarah Monas, Benarkah Bukan Hanya Ide Presiden Sukarno?

Sejarah Monas, Benarkah Bukan Hanya Ide Presiden Sukarno?

Hampir seluruh rakyat Indonesia tahu Monumen Nasional (Monas) merupakan bangunan bersejarah pengingat perjuangan bangsa yang terbentuk dari gagasan brilian Presiden Sukarno. Namun belakangan terdapat pendapat yang menyebut pembangunan Monas ternyata diprakarsai oleh seorang pemerhati sejarah yang terlupakan bernama Sarwoko Martokoesoemo.

Pria yang bergelar Raden Mas ini adalah orang pertama yang mengajukan pembangunan Monas pada Sukarno setelah keadaan Indonesia stabil dan bebas dari cengkraman Belanda awal tahun 1950.

Baca Juga: Profil Friedrich Silaban, Arsitek yang Bangun Monas dan Masjid Istiqlal

Sebagai pemerhati sejarah Sarwoko merasa penting Indonesia memiliki tugu peringatan perjuangan bangsa. Ia juga memberi pandangan pada Sukarno akan dampak positif dari pembangunan Monas. Salah satunya bisa memperbaiki mental bangsa yang terjajah menjadi lebih percaya diri.

Selain itu jika Monas selesai dan terealisasi sejak awal Indonesia merdeka, maka nama Sukarno dan Indonesia akan terkenal di seantero negeri. Negara-negara Barat akan menilai Indonesia mampu menjadi negara yang berdiri sendiri.

Dengan kata lain untuk menunjukkan prestasi dan keunggulan Sumber Daya Manusia yang tak kalah jauh tertinggal dari negara-negara Eropa lainnya.

Sejarah Monas, Proses Pembangunan yang Alot

Ketika Indonesia mendapatkan pengakuan sebagai negara yang merdeka dari Belanda pada tahun 1949, Sukarno-Hatta yang sebelumnya berkedudukan di Yogyakarta pulang kembali ke Ibukota asal di Jakarta.

Sukarno kemudian bertemu banyak orang dari berbagai lapisan, dari mulai pejabat, politisi, militer, hingga para cendikiawan. Singkat cerita ia bertemu dengan seorang pemerhati sejarah RM. Sarwoko Martokoesoemo.

Dalam perbincangannya itu Sarwoko mengusulkan ide pembangunan monumen Nasional yang bisa menjadi pengingat bangsa akan perjuangan para leluhur yang telah bersusah payah memperoleh kemerdekaan.

Karena Sukarno seorang Nasionalis yang “berapi-api” usulan tersebut menjadi bahan pertimbangan yang serius tatkala obrolan mereka berdua selesai.

Ide Sarwoko terus terngiang-ngiang di telinga Sukarno, hingga pada akhirnya presiden kharismatik tersebut yakin untuk merealisasikan ide Sarwoko, membangun monumen Nasional (Monas).

Menurut Adolf Heukeun dalam buku berjudul, “Medan Merdeka, Jantung Ibu Kota” (2008), pada tahun 1954 rencana pembangunan Monas mulai terlaksana. Sukarno mengadakan sayembara para arsitek untuk menawarkan gambar pembangunan Monas.

Baca Juga: Sejarah Gereja Katedral, Tempat Ibadah Katolik Pertama di Indonesia sejak 1880

Prosesnya alot dan menyita banyak waktu hingga akhirnya terpilih seorang penggambar Monas bernama Fredrich Silaban dan yang jadi arsiteknya RM. Soedarsono.

Arsitek ini terpakai sekali oleh Sukarno, sebab RM. Soedarsono selalu menyertakan filosofi dalam proyek pesanan Sukarno. Salah satunya Monas yang punya struktur bangunan 17-8-45 berarti hari kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.

Konstruksi Bangunan Monas yang Menyerupai Lingga dan Yoni

Para pemerhati sejarah mengatakan Sarwoko adalah budayawan sekaligus pengusaha swasta yang selalu memperhatikan “unggah-ungguh” budaya Nusantara. Contohnya ketika memberikan ide pada Sukarno tentang konstruksi pembangunan Monas.

Bangunan panjang menjulang menembus awan tersebut ternyata merupakan representasi dari simbol Lingga dan Yoni, atau lambang kesuburan dalam kepercayaan masyarakat kuno Indonesia pada zaman Hindu-Budha.

Lingga merepresentasikan alat kelamin laki-laki sedangkan Yoni merepresentasikan alat kelamin perempuan telah menjawab pengertian dari simbol ini sebagai representasi kesuburan.

Meskipun terdengar vulgar, gambaran Lingga Yoni Merupakan kepercayaan masyarakat Indonesia yang melambangkan kekayaan alam. Mereka sadar alam Nusantara begitu indah dan kaya.

Tak seorang pun yang mengalami kesulitan di sana, sebab semua yang Manusia butuhkan ada. Lambang Lingga-Yoni tak lebih seperti representasi rasa syukur manusia terhadap alam yang memberikan seluruh kebutuhan hidupnya di dunia.

Sukarno yang terkenal sebagai “presiden pemerhati budaya” pun menyetujui pembangunan Monas sama bentuknya dengan struktur Lingga-Yoni pada zaman Hindu-Budha. Sukarno ingin ada simbol Nasional yang berasal dari material filosofis warisan leluhur bangsa.

Dengan demikian harapan ke depan Monas bisa menjadi referensi awal generasi bangsa untuk mengenal sejarah awal Indonesia. Lebih tepatnya memperkenalkan para pemuda di masa mendatang akan identitas budaya bangsa mereka sendiri.

Baca Juga: Profil WS Rendra, Penyair Tiga Zaman yang Legendaris

Melupakan Sarwoko Martokoesoemo

Pembangunan Monas baru selesai pada tanggal 12 Juli 1975 oleh pemerintah Orde Baru Soeharto. Sebagaimana kebiasaan rezim Orba yang senang menghilangkan nama-nama orang hebat, Sarwoko Martokoesoemo pun ikut serta di dalamnya.

Namanya hilang dari sejarah monas. Tak ada satupun yang mengenal Sarwoko sebelum Gubernur Soediro menuliskannya dalam surat kabar Nasional tentang siapa sebenarnya Sarwoko.

Pencatutan nama Sarwoko dalam sejarah Monas mungkin terjadi akibat ia dekat dengan Sukarno. Atau bahkan bisa jadi Sukarno justru yang tidak menghendaki nama Sarwoko ada dalam daftar nama tokoh penting sejarah pembangunan Monas.

Seperti halnya pemimpin Jawa kuno, Sukarno tidak ingin ada matahari kembar dalam pembangunan Monas. Sebab satu komando akan lebih relevan dalam pembangunan tersebut. Oleh sebab itu nama Sarwoko tercerabut dari peristiwa itu.

Kini nama Sarwoko kembali mencuat sebagai orang yang bersembunyi di balik sejarah pembangunan Monas. Seorang pemerhati sejarah itu muncul dan jadi perbincangan alot di ranah sejarawan.

Sebab sebagian ada yang bersikukuh masih mempercayai Sukarno sebagai orang pertama yang punya ide membangun Monas. Terlepas dari siapa yang salah dan benar, nama Sarwoko Martokoesoemo penting dalam percaturan sejarah Indonesia. (Erik/R7/HR_Online/Editor-Ndu)

Samsung Galaxy Tab S10 FE Resmi Meluncur, Tablet Super Nyaman dengan Performa Canggih

Samsung Galaxy Tab S10 FE Resmi Meluncur, Tablet Super Nyaman dengan Performa Canggih

Samsung Galaxy Tab S10 FE dan S10 FE Plus resmi meluncur di Indonesia. Dua tablet kelas menengah dengan harga terjangkau ini menawarkan layar luas...
Fraksi PKB DPRD

Fraksi PKB DPRD Kota Banjar Minta Pemkot Perhatikan Pesantren, Desak Penerbitan Perwal

harapanrakyat.com,- Fraksi PKB DPRD Kota Banjar, Jawa Barat, meminta Pemerintah Kota Banjar, memperhatikan kemajuan lembaga pendidikan non formal pondok pesantren. Hal itu disampaikan saat memberikan...
Pemain Timnas Naturalisasi

PSSI Tegaskan Tidak Mau Menambah Pemain Timnas Naturalisasi Jelang Piala Dunia 2026, Ini Alasannya

PSSI baru saja menyampaikan kabar mengejutkan jelang laga Timnas Indonesia melawan China dalam babak Kualifikasi Piala Dunia 2026. PSSI mengambil keputusan tegas bahwa tidak...
Perplexity AI di Whatsapp, Ini Cara Kerjanya

Perplexity AI di Whatsapp, Ini Cara Kerjanya

Kehadiran teknologi kecerdasan buatan (AI) kini semakin mudah diakses, salah satunya melalui integrasi Perplexity AI di WhatsApp. Perplexity atau yang terkenal sebagai platform pencarian...
Andre Taulany Kembali Gugat Cerai Istri Setelah Sempat Ditolak Hakim

Andre Taulany Kembali Gugat Cerai Istri Setelah Sempat Ditolak Hakim

Andre Taulany kembali gugat cerai istri membuktikan bahwa ia mantap berpisah. Sebelumnya hakim menolak gugatan dari Andre. Tidak menyerah, komedian kondang tersebut memilih mengajukan...
Pertumbuhan Ekonomi

DPRD Kota Banjar Minta Pemkot Genjot Pertumbuhan Ekonomi

harapanrakyat.com,- Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Banjar, Jawa Barat, melaksanakan rapat paripurna penyampaian Laporan Hasil Pembahasan Rancangan Awal RPJMD Kota Banjar tahun 2025-2029,...