Jumat, Mei 2, 2025
BerandaBerita TerbaruPerang Rakyat Pekanbaru: Pejuang Menang, Belanda Terusir

Perang Rakyat Pekanbaru: Pejuang Menang, Belanda Terusir

Pada tanggal 29 Desember 1945, Kantor Berita Nasional Antara menyiarkan kabar bahwa rakyat Indonesia di Pekanbaru, Riau memenangkan perang melawan Belanda. Peristiwa ini menggemparkan jagad pejuang di Jakarta, sebab kemenangan mereka disinyalir karena tragedi penempelengan yang dilakukan perwira Belanda pada pejuang republik.

Pertanyaan besarnya mengapa tragedi penempelengan Jenderal Belanda pada serdadu republik justru menjadi penyebab kemenangan Indonesia lawan Belanda? 

Jawabannya ternyata sederhana –karena tragedi ini membuat kaum republik murka, mereka merasa direndahkan oleh kaum kolonial.

Baca Juga: Strategi Putus Jembatan, Taktik Perang Ambarawa Taklukan Belanda

Para pejuang republik mengamuk dan membalaskan dendam salah seorang prajurit yang jadi korban penempelengan perwira Belanda. 

Peristiwa kekerasan fisik sederhana ini berbuntut peperangan, padahal saat itu di Pekanbaru lalu lalang orang Belanda merupakan hal yang biasa –belum ada sentimen anti kolonial yang kuat seperti Jawa.

Tragedi penempelengan ini membuat pejuang di Pekanbaru menunjukkan taringnya. Mereka mengadakan perlawanan dengan mengepung markas militer Belanda di distrik Riau. Bahkan para pejuang tersebut menuntut Belanda menurunkan bendera kebanggaannya diganti dengan bendera merah putih.

Sejarah Perang Rakyat Pekanbaru, Pejuang Republik Mengibarkan Bendera Merah Putih di Pekanbaru

Menurut koran Kedaulatan Rakyat yang terbit pada tanggal 30 Desember 1945 bertajuk, “Bendera Belanda dirobek dan diganti dengan Sang Merah Poetih”, para pejuang republik di Pekanbaru berhasil mengibarkan bendera merah putih setelah hampir 3 hari lamanya memerangi tentara Belanda.

Peristiwa perang pejuang republik dengan tentara Belanda di Pekanbaru terjadi tak berselang lama setelah tragedi penempelangan itu berlangsung.

Pemicu kerusuhan antara pejuang republik dengan Belanda disebabkan oleh salah seorang sahabat si korban penempelengan menembak brutal pasukan Belanda di Hotel Mount Batten.

Belanda membalas tembakan brutal itu dengan mengerahkan satu kompi pasukannya. Kejadian ini mengundang semangat kaum republik berdatangan, mereka membawa senapan hasil curian dari markas Belanda dan menyerang balik satu kompi musuh yang sudah bersiaga di depan hotel Mount Batten.

Tak disangka pasukan Belanda yang lumayan banyak itu berhasil ditumpas oleh pejuang republik dari Pekanbaru. Tentara Belanda kehabisan peluru dan lelah mengejar pejuang republik yang lari ke hutan-hutan dan ladang sawit.

Akibatnya pejuang republik berhasil menawan beberapa perwira Belanda yang ikut dalam perang namun sedang menepi sementara karena lelah.

Kelelahan membuat fokus Belanda kacau, pada saat itulah para pejuang republik menangkap dan menyandera perwira Belanda agar Belanda setuju dengan permintaan rakyat Pekanbaru saat itu –mengibarkan bendera merah putih.

Baca Juga: Sejarah Pajak Padi di Garut 1919, Pemicu Pemberontakan Petani

Alhasil dari kejadian ini Belanda mengajak diplomasi. Pasukan republik sukses mendapatkan keinginan rakyat Pekanbaru. Belanda mengizinkan pergantian bendera kenegaraan –semula merah putih dan biru, jadi merah dan putih saja.

Pejuang Republik Punya Senjata Sama dengan Belanda

Selain kalah akibat taktik perang rakyat Indonesia dengan menggunakan strategi perang gerilya, hancurnya pertahanan Belanda di Pekanbaru juga karena persenjataan pejuang republik yang mirip dengan tentara Belanda.

Para pejuang di Pekanbaru mendapatkan senjata ini dari perampokan gudang peluru milik Belanda yang terjadi tiga hari sebelum meletusnya penyerangan mereka pada 1 Januari 1946.

Letak gudang peluru Belanda di Pekanbaru cenderung terbuka, oleh sebab itu banyak orang yang mudah mengetahui ini. Apalagi mereka juga mengerjakan intelijen pribumi yang menyamar jadi pekerja di markas Belanda. Maka dari itu pejuang republik mudah sekali mendapatkan persenjataan yang setara dengan senjata musuhnya.

Karena menggunakan senjata yang sepadan dengan milik musuh, para pejuang republik juga sukses mengungkap kelicikan Belanda yang menggunakan RAPWI (Recovery Allied Prisoners of Wars and Interneers) –badan netralitas konflik pelindung korban perang menjadi intelijen bayaran menyusup ke dalam markas republieken.

Menggunakan senjata rampasannya para pejuang republik di Pekanbaru menghabisi beberapa nyawa RAPWI terduga spionase yang bekerja untuk Belanda.

Pejuang republik ingin memberitahu pada Belanda bahwa mereka bisa lebih kejam darinya, apalagi hanya untuk menghadapi mata-mata lemah semacam petugas RAPWI.

Baca Juga: Peran Ulama Kebumen dalam Revolusi Kemerdekaan: Berani Mati Syahid

Pejuang Republik Memenangkan Kedaulatan Perang

Akibat peristiwa peperangan di Pekanbaru, pejuang republik memenangkan kedaulatan perang. Belanda di Riau menyepakati perdamaian dengan memberikan beberapa permintaan republieken untuk menjadi bangsa yang merdeka.

Kesepakatan diplomasi Belanda dan pejuang republik di Pekanbaru terdiri dari:

1. Bendera Belanda tidak boleh dinaikkan kembali,

2. Sebelum tanggal 26 Desember 1945 semua orang Belanda wajib meninggalkan Pekanbaru, terutama para perwira militernya yang tinggal di hotel Mount Batten, dan

3. Kecuali tiga orang Belanda tetap di Pekanbaru karena mereka pro-republieken.

Kontak senjata antara Belanda dan Republieken di Pekanbaru pun sudah mereda sejak tahun 1946. Mereka lebih awal merasakan kemerdekaan daripada rakyat di Jawa. Para pejuang di Pekanbaru sebagian sudah menggantung perlengkapan militernya sebelum tahun 1948.

Kendati demikian Belanda tetap mengakui kemerdekaan Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949. Mereka baru membebaskan rakyat Indonesia jadi bangsa yang berdaulat, merdeka, dan lepas dari tanggung jawab pemerintah pusat –Belanda. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)

Aksi May Day

Aksi May Day di Garut Menyedihkan, Buruh Korban PHK Perusahaan Pailit Belum Terima Upah Terakhir

harapanrakyat.com,- Ratusan buruh korban PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) PT Danbi Internasional di Garut, Jawa Barat, menggelar aksi May Day atau hari buruh internasional, Kamis...
Batik Hokokai Pekalongan, Sejarah di Balik Motifnya yang Rumit

Batik Hokokai Pekalongan, Sejarah di Balik Motifnya yang Rumit

Batik Hokokai Pekalongan sangat terkenal. Batik Hokokai ini memiliki sejarah di baliknya. Kini batik tersebut menjadi salah satu warisan budaya yang sangat penting. Sebagai...
Hari Buruh Tanpa Unjuk Rasa, Polres Kota Banjar Inisiasi Kegiatan Sosial hingga Jalan Santai

Hari Buruh Tanpa Unjuk Rasa, Polres Kota Banjar Inisiasi Kegiatan Sosial hingga Jalan Santai

harapanrakyat.com,- Peringatan Hari Buruh Internasional atau May Day di Kota Banjar, Jawa Barat, kali ini berbeda. Biasanya peringatan ini identik dengan aksi unjuk rasa,...
Gerobak PKL di Langensari Kota Banjar Ludes Terbakar, Diduga Akibat Selang Kompor Gas Bocor

Gerobak PKL di Langensari Kota Banjar Ludes Terbakar, Diduga Akibat Selang Kompor Gas Bocor

harapanrakyat.com,- Sebuah gerobak milik pedagang kaki lima di samping Puskesmas Langensari 2, Kecamatan Langensari, Kota Banjar, Jawa Barat, ludes terbakar. Peristiwa itu pun membuat...
People Nearby Telegram Hilang, Ini Alasannya

People Nearby Telegram Hilang, Ini Alasannya

People Nearby Telegram hilang atau telah dihapus oleh pihak aplikasi sendiri untuk meningkatkan moderasi konten. Selain itu, juga untuk melindungi privasi pengguna serta mencegah...
Perwal Tunjangan Rumdin

Aktivis Sebut Janggal Perwal Tunjangan Rumdin DPRD Kota Banjar Malah Rugikan Negara, Singgung Mekanisme

harapanrakyat.com,- Aktivis sekaligus pengamat kebijakan publik Kota Banjar, Jawa Barat, Awal Muzaki, menilai janggal dengan terbitnya Perwal tunjangan rumdin dan transportasi pimpinan dan anggota...