Sejarah film Chips Warkop menarik banyak perhatian masyarakat luas di Indonesia, terutama masyarakat generasi 80 sampai 90-an. Mereka ingat film tersebut paling asyik disaksikan saat liburan adalah adegan Kasino melontarkan kalimat “Jangkrik Bos”.
Namun siapa sangka dibalik asyiknya film ini, rupanya tidak hanya mengandung nilai hiburan tetapi juga film Chips sarat dengan kritik sosial. Film Chips merupakan badan semi militer yang bertugas untuk menyelesaikan masalah sosial.
Hal ini selaras dengan arti Chips yaitu, Cara Hebat Ikut Penanggulangan Masalah Sosial. Konon melalui film Chips, grup komedi Warkop DKI ingin memberikan inspirasi pada pemerintah Orde Baru untuk mendirikan badan penanggulangan masalah sosial terkecil.
Seperti halnya masalah rumah tangga, masalah lingkungan (bertetangga), persoalan kerukunan warga, dan lain sebagainya. Dalam perkembangannya film Chips Warkop terkenal paling atas dari pada judul-judul film mereka yang lainnya.
Hal ini karena grup komedi Warkop memiliki alur cerita yang selaras dengan keadaan sosial saat itu. Mereka peka pada masalah-masalah sosial yang sering menimpa masyarakat perkotaan. Dengan begitu para penonton asyik menyaksikan film Chips seolah sedang bercermin pada kehidupan mereka sehari-hari.
Baca Juga: Rudy Badil, Personil Warkop DKI yang Tak Pernah Naik Panggung
Sejarah Film Chips Warkop, Gambaran Masalah Sosial Perkotaan Tahun 1980
Selain menginspirasi pemecahan masalah sosial di perkotaan, sejarah film Chips juga bisa kita kaitkan dengan sebuah film komedi yang bertujuan menyindir lonjakan urbanisasi di perkotaan Jakarta.
Film yang diproduksi pada tanggal 1 Januari 1982 ini menyampaikan beberapa simbol-simbol terkait kritik pada pelaku urban di Jakarta. Antara lain yakni ketika para pelaku urban diidentikan sebagai biangnya masalah sosial dalam film tersebut.
Dalam film Chips Masyarakat urban identik dengan faktor pemicu timbulnya masalah sosial baru di perkotaan. Hal ini terjadi akibat adanya perbedaan budaya, mereka kemudian beradaptasi dengan budaya lain dan melahirkan budaya baru.
Budaya baru itulah yang menimbulkan berbagai kesulitan sehingga muncul persoalan sosial.
Melalui film Chips, seluruh personil Warkop Dono, Kasino, Indro ingin menyadarkan masyarakat banyak jika ternyata perilaku urban yang berlebihan itu tidak baik.
Masyarakat urban akan tumbuh menjadi kelompok sosial yang kurang peka pada unggah-ungguh budaya asalnya.
Film Chips dan Kritik Sosial
Selain menyadarkan masyarakat luas akan dampak negatif dari urbanisasi, film Chips Warkop juga santer mengkritik penguasa yang senang hedonis.
Kritik ini diperlihatkan dalam salah satu adegan ketika Kasino tak sengaja memergoki komandannya sedang berada di semak belukar bersama seorang wanita seksi.
Karena Si Bos tadi takut ketahuan oleh personil Chips dan keluarganya yang lain, maka ia mengaku pada Kasino kalau dirinya di sana sedang mencari jangkrik. Lalu setelah itu Kasino pamit namun komandan Chips bernama Juned itu malah memberinya uang.
Pemberian uang pada Kasino terus terjadi ketika Kasino menyapanya dengan sapaan “Jangkrik Bos”.
Dari hal ini kita semakin paham apa yang ditunjukan oleh film Chips Warkop ini melambangkan betapa mudahnya penguasa menutupi kebobrokan hidupnya.
Mereka hanya cukup memberinya uang setiap saat untuk menjaga rahasia-rahasia buruk yang merugikan bagi karir dan keluarganya.
Baca Juga: Profil Kasino Warkop, Lucu dan Pintar Matematika
Selain itu kritik yang kerap disampaikan dalam film ini juga terlihat ketika Dono menggunakan kendaraan inventaris kantor dengan seenaknya. Mengisi bensin penuh tidak bayar dan membiarkan mobil patroli tenggelam ke muara sungai.
Dari adegan itu kita paham bahwa film Chips Warkop juga mengkritik kebanyakan para pegawai yang menggunakan kendaraan inventaris dengan seenaknya. Padahal jika kendaraan itu rusak maka yang menanggung biaya perbaikan adalah uang negara.
Karena sudah keterlaluan melakukan pemborosan dan bekerja tidak disiplin, maka pada akhirnya Chips dibubarkan. Juned si komandan Chips bangkrut tidak bisa lagi membiayai aktivitas kantornya yang buruk.
Chips Warkop Melambangkan Sifat Penguasa yang Serakah
Jangkrik Bos adalah kata-kata Kasino saat ia memergoki komandannya bermain wanita seksi di tengah hutan bersemak belukar. Namun karena bos Kasino bernama Juned itu punya banyak uang dan kekuasaan, rahasia buruk itu bisa diredam menggunakan kertas rupiah.
Menurut Rudi Badil dalam buku berjudul, “Warkop Main-main Jadi Bukan Main” (2010), adegan Kasino mengatakan Jangkrik Bos pada Juned merupakan adegan sinematik yang melambangkan sifat keserakahan para penguasa.
Baca Juga: Profil Dono Warkop, Komedian yang Mengabdikan Diri Jadi Dosen
Mereka selalu berpikir apa-apa bisa dibeli dengan uang. Sekalipun untuk menutup mulut seseorang supaya tidak membocorkan rahasia buruk kita di khalayak umum, uang adalah jalan yang terbaik untuk memperoleh semua itu.
Selain itu adegan ini juga sekaligus mengkritik mental bangsa kita sendiri yang “mata duitan”. Ketika mereka melihat keburukan yang harus dibenarkan tapi karena yang bersangkutan memberinya “uang tutup mulut” maka rahasia itu tetap terjaga hingga akhir hayatnya.
Warkop memang seniman legend yang terpelajar. Tak heran semua film-filmnya selalu mengandung nilai, seperti kritikan untuk memperoleh cara pandang baru dalam melihat kehidupan bangsa yang lebih baik dari sebelumnya. Warkop selalu optimis melahirkan ide-ide baru untuk kepentingan orang banyak di masa depan. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)