Batik Lokatmala merupakan salah satu jenis batik khas dari Sukabumi. Meskipun jenis batik ini tak sepopuler batik Yogyakarta dan Solo, namun menawarkan teknik, motif dan filosofi unik yang terkandung di dalamnya.
Baca Juga: Batik Hokokai Pekalongan, Sejarah di Balik Motifnya yang Rumit
Nama Lokatmala dari batik ini merupakan nama Sunda dari bunga Edelweis. Motifnya mengambil kearifan lokal Sukabumi, bahkan sudah ada beberapa motif yang telah dipatenkan.
Sejarah Batik Lokatmala Sukabumi
Orang Sunda sudah mulai mengenal berbagai corak batik dan kain (samping) sejak dulu. Meskipun tidak terdapat peninggalan dari zaman itu (Kerajaan Sunda).
Seni batik sejak abad ke-20 sudah melekat dengan budaya di Indonesia. Kegiatan membatik ini terus berkembang termasuk di Jawa Barat, seperti Indramayu (Paoman), Cirebon (Trusmi), Garut, Tasikmalaya, Ciamis hingga Sukabumi. Masing-masing daerah mempunyai motif atau corak khas tersendiri.
Pengaruh Budaya Sunda
Batik Sukabumi berkaitan erat dengan budaya Sunda. Corak dan motifnya banyak terinspirasi dari alam, fauna, flora dan kehidupan masyarakat lokal. Sukabumi berada di kaki Gunung Gede-Pangrango. Hal itu rupanya memberikan pengaruh pada motif batik, yakni lebih ke nuansa alam seperti daun, bunga dan hewan.
Teknik dan Corak
Pada umumnya motif batik Sukabumi menggunakan warna natural dan cerah. Beberapa motif khas adalah motif sumber air, motif dongeng tradisional, motif bunga wijayakusuma, motif kura-kura dan masih banyak lagi.
Berikut ini beberapa motif batik Lokatmala Sukabumi:
1. Motif Batik Sukabumi Massagi
Batik Lokatmala Sukabumi sering disebut juga dengan Batik Sukabumi Masagi. Motif yang satu ini terinspirasi ungkapan masyarakat setempat dan mempunyai nilai filosofis serta makna ‘hirup mah kudu masagi’. Artinya adalah ‘hidup harus serba bisa’.
Masagi sendiri berasal dari kata ‘pasagi’ yang memiliki arti segi empat sama sisi, mengisyaratkan bahwa manusia mempunyai kewajiban menuntut ilmu pengetahuan yang seimbang, yakni antara kehidupan dunia dan kehidupan setelah kematian. Selain itu, harus menjadi teladan dan memberikan manfaat untuk masyarakat sekitar.
2. Motif Batik Leungli
Batik Leungli motifnya terinspirasi dari dongeng Sunda ‘si Leungli’. Dongeng tersebut mengisahkan persahabatan ikan mas ajaib bernama Leungli dengan gadis bungsu malang.
Baca Juga: Mengenal Makna Motif Batik Kembang Bungur dari Desa Jalatrang Ciamis
Gadis tersebut mendapat perlakuan buruk dari saudara-saudara tirinya. Ketika si gadis berada di tepi sungai, muncul ikan mas bersisik emas. Ikan berbisik dan berbicara menghibur gadis tersebut. Makna cerita ini mengisyaratkan jika kebaikan akan mendapatkan balasan setimpal.
3. Motif Batik Candramawat
Dongeng atau cerita Sunda ‘Nini Anteh’ mengisahkan nenek ditemani kucing bernama Candramawat ketika sedang menenun. Makna yang terkandung dari motif batik Lokatmala Sukabumi ini yakni mengisyaratkan jika manusia harus selalu berusaha hingga akhir hayat. Harapannya dapat bermanfaat dan berguna untuk orang lain.
4. Motif Penyu
Batik dengan motif penyu terinspirasi dari Pusat Konservasi Penyu di Pangumbahan, Ciracap, Sukabumi. Motif ini melambangkan kerendahan hati dan kesederhanaan dengan menjalani hidup yang selaras aliran alam semesta.
5. Motif Garuda Ngupuk
Inspirasi dari motif batik Garuda Ngupuk adalah cara burung Garuda bersarang. Jadi, filosofi dalam batik Lokatmala Sukabumi ini adalah setiap manusia wajib memiliki sumber kehidupan. Sumbernya berupa ilmu pengetahuan yang luas, dinamis dalam setiap kondisi serta mempunyai hati kuat dalam menerima apapun yang dihadapi.
Masih banyak motif batik Sukabumi lainnya, seperti motif batik Ciwangi, motif batik Elang Jawa Situgunung dan motif batik Cai. Kemudian ada motif batik Gurilaps, motif batik Julang serta batik Buah Pala dan Wijayakusumah.
Biasanya teknik yang digunakan adalah batik tulis maupun cap. Untuk menjaga proses produksi dan upaya menjangkau pasar lebih luas, batik cap lebih banyak diproduksi. Selain itu, batik cap harganya lebih terjangkau dan mampu bersaing dengan ketiak motif batik populer seperti batik printing.
Pada mulanya Sukabumi bukanlah daerah sentra penghasil batik meskipun terdapat beberapa tempat skala kecil memiliki tradisi membatik. Akan tetapi setelah tahun 2009, batik telah diakui UNESCO dan perajin Sukabumi mulai muncul dengan motif baru lebih modern. Namun tetap tidak meninggalkan akar tradisionalnya.
Baca Juga: Sejarah Hari Batik Nasional Warisan Budaya Nusantara
Di sisi lain, pemerintah daerah juga gencar mempromosikan batik Sukabumi, salah satunya Lokatmala sebagai bagian dari identitas budaya lokal. Batik ini menjadi bagian dari kekayaan seni tekstil di tanah air yang tak tak kalah unik dan indah dari batik daerah lain di Indonesia. (R10/HR-Online)