Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),- Ratusan warga menggelar acara tradisi Misalin di Situs Cagar Budaya Sang Hyang Maharaja Cipta Permana Prabudigaluh Salawe atau Lembur Salawe di Desa Cimaragas, Kecamatan Cimaragas, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Minggu (06/05/2018). Tradisi ini merupakan kalender tahunan yang digelar setiap menjelang bulan Ramadhan.
Tradisi Misalin ini merupakan warisan turun temurun dan sudah digelar selama ratusan tahun. Tradisi ini memiliki makna mensucikan diri dari prilaku tidak baik menjadi lebih baik.
Kegiatan pertama dalam ritual Misalin ini adalah membersihkan makam leluhur. Di situs itu terdapat makam Sang Hyang Maharaja Cipta Permana Prabudigaluh Salawe. Dia adalah Raja Galuh Pangauban Garatengah yang berjasa dalam penyebaran islam di Cimaragas.
Setelah membersihkan makam, kemudian warga menggelar ziarah dan tawasulan untuk mendoakan arwah sang raja serta para leluhur. Setelah acara usai, dilanjutkan dengan bersalaman saling memaafkan antar sesama warga.
Dalam tradisi Misalin pun terdapat ritual kuramasan. Pada ritual ini terdapat adat dimana para sesepuh setempat memandikan anak-anak dengan menggunakan air tujuh sumur. Air tujuh sumur itu diambil dari Salawe, Jambansari, Kawali, Karangkamulyan, Singperbangsa Tilu Cisaga, Kertabumi dan Lakbok.
Tujuan ritual kuramasan ini sebagai simbol untuk mensucikan diri sebelum menjalani ibadah puasa. Usai menggelar kuramasan, warga kemudian bergeser ke lapang utama. Di lokasi itu digelar pertunjukan budaya, mulai dari seni rudat, pontrangan dan pencak silat.
Acara makan bersama merupakan kegiatan penutup dalam tradisi Misalin. Uniknya, pada saat makan bersama, semua hidangan disajikan dalam pontrang yang terbuat dari janur kelapa.
Juru Kunci Situs Cagar Budaya Sang hyang Maharaja Cipta Permana Prabudigaluh Salawe, Latif Adiwijaya, mengungkapkan, Misalin berasal dari dua kata bahasa Sunda, yakni Mi artinya sebuah kegiatan dan Salin yang artinya mengganti. Dengan begitu, Misalin memiliki arti sebuah kegiatan untuk mengganti sebuah perilaku dari kejelekan menjadi kebaikan.
“Ritualnya pada menjelang bulan suci Ramadhan. Hal itu agar saat berpuasa nanti masyarakat bisa benar-benar khusyu beribadah dan mendapat hidayah agar berperilaku lebih baik lagi usai menjalankan ibadah ramadhan,” ungkapnya. (Her2/R2/HR-Online)