Pangandaran, (harapanrakyat.com),- Banjir yang melanda tiga desa di Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Pangandaran, hingga dini hari ini belum juga surut. Banjir yang diawali dari meluapnya Sungai Colebok pada hari Rabu (10/7) dan selang satu hari kemudian, Kamis (11/7), diikuti dengan meluapnya Sungai Cikidang membuat rumah warga di tiga desa tersebut hingga saat ini masih terendam banjir.
Dari pantauan HR di lapangan, belum surutnya banjir disebabkan dari intensitas curah hujan yang tinggi dan terus mengguyur kawasan itu, ditambah oleh rob air laut di pantai Pangandaran yang terus membesar, sehingga aliran sungai tidak bisa mengalir ke laut.
Belum surutnya banjir di tiga desa tersebut, yakni Desa Pananjung, Desa Babakan dan Desa Wonoharjo, membuat sejumlah warga terpaksa mengungsi ke rumah saudaranya yang tidak terkena dampak banjir.
Sementara itu, dari pantaun HR Jum’at dini hari (12/7), tak sedikit korban banjir yang melakukan makan sahur di tempat pengungsian, yakni di rumah saudaranya. Bahkan, ada beberapa warga yang melakukan santap sahur di lokasi banjir, sembari menunggu barang-barang berharga yang tidak mereka bawa. Mereka pun melakukan penjagaan tersebut dilakukan secara bergantian dengan anggota keluarga lainnya.
Wagiem, korban banjir asal Desa Babakan, mengatakan, dia mengungsi di rumah anaknya sejak hari Rabu (10/7), karena rumah miliknya terendam banjir hingga ketinggian satu meter. Dia pun berharap air yang saat ini merendam rumahnya segera surut, agar dia bisa pulang dan melaksanakan ibadah puasa di rumahnya.
259 Hektar Sawah Terendam Banjir
Selain merendam ratusan rumah milik warga di tiga desa di Kecamatan Pangandaran, akibat banjir ini pun merendam ratusan hektar areal persawahan di Dusun Bojongjati, Desa Babakan, Kecamatan Pangandaran. Sedikitnya 259 hektar sawah terendam air bah dan kini kondisinya layaknya sebuah danau.
Areal persawahan yang sudah hampir 3 hari ini terendam banjir, dikhawatirkan padi yang tinggal satu bulan lagi dipanen itu membusuk. Akibatnya, petani akan merugi karena gagal panen.
Sementara air banjir yang merendam areal persawahan tersebut, berasal dari Sungai Cikidang yang meluap akibat tak mampu lagi menampung debit air. Selain itu, tanggul sungai yang jebol dan dangkalnya Sungai Cikidang, juga turut menyumbang masalah hingga terjadinya banjir di daerah tersebut.
Sementara itu, Petani Dusun Bojongjati, Aceng, berharap, pihak pemerintah segera mengeruk Sungai Cikidang yang mengalami pendangkalan serta mempertinggi tanggul sungai agar bisa mengantisifasi banjir.
“Dengan adanya banjir ini, perlu ada penanganan dari pemerintah. Karena apabila sungai tidak dikeruk dan tanggul tidak diperbaiki, bencana banjir serupa pasti akan terulang kembali di kemudian hari,” pungkasnya. (Ntang/R2/HR-Online)