Berita Ciamis (harapanrakyat.com).- Sejumlah siswa SD di Ciamis curhat. Mereka ingin segera kembali belajar di sekolah. Hal tersebut diungkapkan 8 siswa kelas 4 SDN 4 Kertasari yang tengah belajar di teras masjid Al Ikhlas di Kelurahan Kertasari, Ciamis, Selasa (21/7/2020).
Curhatan mereka disampaikan ke guru yang juga wali kelasnya saat pelajaran tematik tentang kesenian.
Para siswa tersebut terlihat belajar menggunakan meja lipat berukuran kecil dan memakai seragam merah putih. Protokol kesehatan tak lupa diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar tersebut.
Seperti diketahui, di masa pandemi ini siswa di Ciamis belum boleh belajar di sekolah. Hanya saja, pihak Dinas Pendidikan memperbolehkan sistem pembelajaran dengan metode guru keliling atau guling.
Setiap guru berkeliling ke rumah siswa dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar. KBM bisa dilakukan di rumah siswa ataupun tempat lainnya seperti masjid secara berkelompok sesuai zonasi tempat tinggal terdekat.
Askana Shaki, salah satu siswa SDN 4 Kertasari mengaku sudah jenuh belajar di rumah. “Gak enak belajar di rumah, inginya di sekolah karena rame banyak teman-teman,” ujarnya.
Hal senada dikatakan siswa lainnya Regan (9). Kata dia, meski ia tidak kesulitan saat harus belajar daring di rumah, namun ia lebih suka belajar langsung di sekolah.
“Belajar di android ngerti sih, tapi lebih ngerti kalau belajar langsung di sekolah. Saya sudah kanegn belajar di sekolah, kumpul sama teman-teman, kapan kami belajar lagi di sekolah?” katanya.
Siswa SD di Ciamis Belum Bisa Belajar Tatap Muka
Sementara itu guru yang juga Wali Kelas 4A di SDN 4 Kertasari Yuyu Yuliana mengakui jika tahun ajaran baru 2020/2021 masih belum bisa dilakukan di sekolah dengan tatap muka.
Adapaun sistem pembelajaran yang diterapkan yakni melalui media daring atau online, Luring dan gulling atau guru keliling.
“Kalau guling (guru keliling) dilaksanakan seminggu sekali dengan zona kelompok. Satu kelompoknya dibatasi, bisa 6 sampai 8 orang,” ungkapnya.
Kata dia, untuk tempat belajar kelompok tidak ditentukan oleh guru. Tapi ditentukan berdasarkan kesepakatan paguyuban orang tua siswa.
“Seperti pembelajaran kelompok di masjid, ini adalah keinginan orang tua, bukan guru. Asalkan izin ke DKM, ada tempat cuci tangannya, tetap jaga jarak dan pakai masker,” katanya.
Untuk kelompok lainya juga ada yang masih dilakukan di rumah atas seizin orang tua siswa.
Dalam memberikan materi, guru tidak mendapatkan keulitan berarti. Jika materi ringan bisa disampaikan lewat pembelajaran daring.
“Tapi jika materinya perlu penjelasan panjang, nanti dapat disampaikan saat belajar kelompok,” pungkas Yuyu. (Fahmi2/R8/HR Online)