Rabu, Mei 7, 2025
BerandaBerita TerbaruSejarah Proklamasi Darul Islam 1949, Tasikmalaya dan Ciamis Diancam Komandan TII

Sejarah Proklamasi Darul Islam 1949, Tasikmalaya dan Ciamis Diancam Komandan TII

Pada tanggal 7 Agustus 1949 Imam Besar Kartosuwiryo membacakan proklamasi Darul Islam sebagai tanda telah berdirinya Negara Islam Indonesia. Kartosuwiryo memproklamirkan Darul Islam di Tasikmalaya, Jawa Barat dan menyebarkan kemerdekaan negara Islam Indonesia melalui selebaran pamflet. 

Pamflet kemerdekaan Darul Islam berisi percakapan Kartosuwiryo dengan rakyatnya -menerangkan tentang akhir dari perjuangannya melawan kafir selama 4 tahun. 

Imam Besar Negara Islam Indonesia juga mengajak umat Islam di Jawa Barat dan sekitarnya masuk menjadi rakyat Negara Islam Indonesia. 

Baca Juga: Peristiwa Linggasirna Tasikmalaya 1963, Lurah Singaparna Terlibat Pemerasan dan Pembunuhan

Ketika Darul Islam memproklamirkan diri menjadi negara merdeka, wilayah Jawa Barat mendadak “hijau”. Selain mengibarkan atribut-atribut Islam, Kartosuwiryo juga mulai membiasakan rakyatnya menghitung menggunakan angka Arab. Hal ini terlihat dari tata tulis tanggal proklamasi sebagai berikut: 

“Madinah Indonesia, 12 Sjawal 1368 atau 7 Agustus 1949” 

Hal ini dianggap sebagai aksi subversif, memberontak terhadap negara yang sah. Maka dari itu Presiden memerintahkan tentara untuk memberantas gerakan tersebut. 

Akibatnya tentara milik Darul Islam bernama Tentara Islam Indonesia (TII) menyerang daerah-daerah penting di Jawa Barat. Dua di antaranya yaitu Tasikmalaya dan Ciamis. 

Proklamasi Darul Islam di Tasikmalaya 1949, Kartosuwiryo: Darul Islam Tidak Subversif

Menurut surat kabar Sedar yang terbit pada tanggal 16 Agustus 1949 bertajuk, “Negara Islam Indonesia: Dimakloemken Oleh Darul Islam, Pembesar-pembesar Dioedjanin Pamflet” Menyebut Kartosuwiryo tidak bisa menerima jika pemerintah Republik Indonesia menuduhnya subversif. 

Sebab sama sekali Kartosuwiryo tidak merebut kedaulatan Republik Indonesia. Darul Islam juga sudah ada sejak zaman revolusi. Artinya Darul Islam ikut juga memperjuangkan kemerdekaan untuk rakyatnya sendiri. 

Pernyataan di atas sebagaimana mengutip surat kabar Sedar (1949) berikut ini:

“Djoega dikataken bahwa NII toemboeh di masa perang ditengah-tengah revolutie Nasional jang kemoedian setelah Renville mendjadi Revolutie Islam atawa Perang Soetji. Ini berdjalan teroes hingga NII aken berdiri 100% de jure dan de facto di seloeroeh Indonesia”.

Oleh sebab itu Kartosuwiryo marah besar ketika pihak Republik menganggap kelompoknya sebagai pemberontak. Darul Islam bukan pemberontak negara, orang-orang di dalamnya juga ikut memperjuangkan kebebasan rakyat dari belenggu penjajahan. 

Hingga akhirnya dieksekusi oleh pemerintah Sukarno, Kartosuwiryo tak pernah menyesali perbuatannya. Malah sang imam besar pemimpin Darul Islam ini sempat meminta rokok dan kopi serta ditemani anak dan istrinya sebelum dieksekusi mati di pulau Onrust. 

Baca Juga: Pemberontakan DI/TII Tahun 1949 di Ciamis, Ajengan Diculik dan Dibantai

Darul Islam di Tasikmalaya dan Ciamis, Daerah Pusat Kekuatan TII

Ketika Darul Islam berjaya di Jawa Barat, daerah Tasikmalaya dan Ciamis menjadi daerah pusat kekuatan Tentara Islam Indonesia (TII). Orang-orang Darul Islam bahkan sempat menjadikan dua daerah ini menjadi daerah sasaran perusakan oleh gerombolan tentaranya. 

Banyak warga penduduk Tasikmalaya dan Ciamis yang khawatir dengan aktivitas TII di daerahnya. Mereka kerap merebut paksa harta milik penduduk untuk bekal bergerilya di hutan lawan pasukan Tentara Nasional Indonesia (TNI). 

Apapun yang berharga mereka bawa, bahkan hewan ternak seperti kambing, sapi, ayam, dan bebek pun ikut jadi sasarannya. 

Namun sikap jumawa pasukan Darul Islam berakhir tragis. Terutama ketika pasukan TNI berhasil menguasai daerah Leles, Garut. 

Tentara Indonesia sukses merebut bendera Darul Islam di kota sentral dodol. Setelah itu TNI bergerak lagi ke arah selatan, hingga sampai ke Tasik dan Ciamis. 

Dua daerah ini cukup sulit dikuasai TNI. Tidak seperti halnya Garut yang bisa dikuasai TNI kurang dari 3 hari, Tasikmalaya dan Ciamis butuh berbulan-bulan untuk ditaklukan. 

Hal ini karena Tasikmalaya merupakan pusat perjuangan Darul Islam. Mereka membangun kantong-kantong pertahanan yang sulit dihancurkan. Apalagi ketika TNI memburunya di lereng gunung Galunggung. 

Namun karena taktik TNI yang maju dan canggih, maka pasukan Darul Islam menyerah. Hingga pada tanggal 5 Desember 1962 Kartosuwiryo dieksekusi mati. Gerakan Darul Islam berhenti dan negara menyatakan sebagai perkumpulan terlarang. 

Baca Juga: Sejarah Batalyon Jago, Penumpas Gerombolan DI/TII di Kota Banjar

Menyerang Sumedang dengan 400 Pasukan TII

Kekuatan Darul Islam di daerah Sumedang hampir sama dengan di daerah Tasikmalaya dan Ciamis. Pasalnya di Sumedang, Darul Islam sukses menggerakan 400 pasukan Tentara Islam Indonesia yang berasal dari penduduk sekitar. 

Mereka menggempur serangan-serangan TNI. Konon ada 400 prajurit TII yang menyerang pertahanan TNI di daerah Sukamantri. Bukan hanya tentara yang mereka sikat tetapi pasukan TII juga menghajar habis masyarakat sipil. 

Sedangkan di daerah Sumedang terpencil lainnya, Tjitengah, Naggorak,  Baginda, dan Tjipantjar, berhasil dikuasai oleh pasukan TII yang lumayan besar jumlahnya. Menurut berita dalam surat kabar Sedar (1949), jika dijumlah total dengan prajurit TII yang ada di Sumedang kota kurang lebih 1.700 orang. 

Serangan ini membuat TNI terpukul mundur. Tentara Indonesia tidak punya perlawanan yang begitu kuat di daerah Sumedang. 

Kondisi ini terjadi akibat sebelumnya pasukan TNI tidak cermat meneliti arah gerilya prajurit TII. Semua itu tidak terkira. Gerakan Darul Islam di Sumedang tercatat sebagai pemberontakan yang paling sukses. 

Kartosuwiryo berhasil menunjukan eksistensinya selama ini. Walaupun sudah terbayang akan kalah, paling tidak melihat kemenangannya di Sumedang membuat Kartosuwiryo tetap optimis dengan tekad dan perjuangannya. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)

Mobil Terperosok ke Jurang di Panawangan Ciamis, Diduga Sopir Mengantuk

Mobil Terperosok ke Jurang di Panawangan Ciamis, Diduga Sopir Mengantuk

harapanrakyat.com,- Mobil bak terbuka terperosok ke jurang di perbatasan Desa Sagalaherang dan Desa Nagara Pageuh, Kecamatan Panawangan, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Rabu (7/5/2025). Kecelakaan tunggal...
Fakta Mengejutkan Pembunuhan Perempuan di Ciamis, Pelaku Tidur Bersama Jenazah Selama 2 Malam di Kamar Kos Setelah Kejadian

Fakta Mengejutkan Pembunuhan Perempuan di Ciamis, Pelaku Tidur Bersama Jenazah Selama 2 Malam di Kamar Kos Setelah Kejadian

harapanrakyat.com,- Pembunuhan perempuan perempuan berinisial WML (22) di kamar kosan mengguncang Ciamis, Jawa Barat. Kasus pembunuhan tersebut ternyata ada fakta mengejutkan yang terungkap seharian....
Jalan Angsana Gunung Kelir Ciamis Kembali Longsor, Akses Pamarican-Langkaplancar Ditutup Sementara

Jalan Angsana Gunung Kelir Ciamis Kembali Longsor, Akses Pamarican-Langkaplancar Ditutup Sementara

harapanrakyat.com,- Jalan raya Angsana Gunung Kelir di Dusun Angsana, Desa Neglasari, Kecamatan Pamarican, Ciamis, Jawa Barat, kembali longsor akibat pergerakan tanah. Longsor di jalan...
Seorang Anak Diduga Jadi Korban Asusila Ayah Kandungnya di Tasikmalaya

Kejam! Seorang Anak Diduga Jadi Korban Asusila Ayah Kandungnya di Tasikmalaya

harapanrakyat.com,- Malang nian nasib seorang anak di Kecamatan Cigalontang, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, menjadi korban tindak kekerasan asusila oleh ayah kandungnya. Pelaku inisial D...
Rekonstruksi Pembunuhan Wanita Muda di Indekos Ciamis, Pelaku Peragakan 52 Adegan

Rekonstruksi Pembunuhan Wanita Muda di Indekos Ciamis, Pelaku Peragakan 52 Adegan

harapanrakyat.com,- Polres Ciamis, Jawa Barat, menggelar rekonstruksi kasus pembunuhan WML (22), wanita muda yang meninggal di kamar indekos di Lingkungan Pabuaran, Kecamatan Ciamis, Rabu...
Andai Dedi Mulyadi Gubernur Jakarta

Andai Dedi Mulyadi Gubernur Jakarta, Bakal Bagi Rp10 Juta Per KK?

harapanrakyat.com,- Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menyebut ia akan membagi uang Rp10 juta per Kepala Keluarga (KK) jika menjadi Gubernur Jakarta. Hal itu disampaikan...