Jumat, Mei 2, 2025
BerandaBerita TerbaruSejarah Bea dan Cukai di Indonesia dari Masa Kerajaan

Sejarah Bea dan Cukai di Indonesia dari Masa Kerajaan

Direktorat Bea dan Cukai di Indonesia akhir-akhir ini menjadi topik yang hangat dibicarakan di media sosial. Pasalnya, terdapat banyak keluhan mengenai alur masuknya barang yang dianggap bertele-tele, bahkan beberapa orang mengaku mendapatkan biaya tambahan yang tidak masuk akal.

Baca Juga: Sejarah Peringatan Hari Buruh di Indonesia, Dirayakan Soekarno, Dilarang Orde Baru

Namun, dibalik beberapa kontroversi tersebut tidak bisa dipungkiri bahwa sejarah Direktorat Bea Cukai Indonesia cukup panjang.

Bea cukai yang sudah ada sejak masa kerajaan-kerajaan di Nusantara ini menjadi salah satu sumber keuangan yang cukup menguntungkan sejak dulu.

Apalagi wilayah Nusantara menjadi salah satu pusat perdagangan dunia yang cukup ramai kala itu.

Merangkum dari berbagai sumber, tulisan ini akan mengulas seputar sejarah Bea Cukai, dari masa kerajaan hingga Indonesia merdeka

Sejarah Bea dan Cukai di Indonesia

Perkembangan bea cukai di Indonesia memang sudah bisa kita telisik sejak masa-masa kerajaan di Nusantara. Terdapat beberapa tempat yang biasanya menjadi pusat dari penarikan bea cukai, salah satunya adalah pelabuhan.

Mengutip dari buku “Sejarah Nasional Indonesia Jilid 3: Zaman Pertumbuhan & Perkembangan Kerajaan Islam di Indonesia” (2008).

Bagi kerajaan-kerajaan maritim di Indonesia, pelabuhan merupakan pintu gerbang bahan-bahan ekspor dan impor. Di sini arus impor dan ekspor dapat diawasi dan dikenakan bea sepenuhnya.

Baca Juga: Sejarah Bandoengsche Melk Centrale, Perusahaan Susu Paling Modern di Hindia Belanda

Menurut sejumlah laporan dari Belanda yang pernah melakukan kunjungan ke kerajaan-kerajaan di Nusantara pada periode abad XV-XVII, terdapat tolhuis yang merupakan tempat para petugas melakukan pungutan cukai dari orang-orang yang masuk dan keluar dari kerajaan.

Beberapa wilayah yang kala itu tempat para petugas yang memungut bea cukai yaitu di wilayah Banten dan Palembang.

Menurut keterangan Tom Pires, salah satu wilayah yang melakukan pungutan terhadap bea cukai adalah pelabuhan di Malaka.

Tom Pires menuturkan ketika tiba di Malaka para pedagang wajib membayar bea cukai terlebih dahulu, baru diperbolehkan berdagang di sana.

Jumlah pembayaran yang harus dilakukan oleh para penjual pun biasanya diatur menurut ukuran dan timbangan tersendiri.

Selain itu, dari sisi ukuran dan beratnya, terdapat pula aturan mengenai tarif jenis-jenis barang hingga asal barang yang hendak diperjual-belikan di Malaka.

Kebijakan lain yang tak kalah penting adalah mengenai persembahan yang harus diberikan oleh para pedagang kepada raja, bendahara, tumenggung, dan syahbandar.

Baca Juga: Smokkel, Bajak Laut Penyelundup Senjata Api di Hindia Belanda 1922

Bea Cukai Masa Penjajahan Belanda

Pada bidang kepabean atau bea dan cukai masa penjajahan Belanda, terdapat beberapa kebijakan. Seperti pada masa VOC, petugas pabean yang melakukan pungutan disebut dengan “tollenaar.

Mereka bertugas di wilayah tapal batas negara atau pantai untuk memungut bea dan cukai terhadap barang-barang yang masuk dan keluar.

Setelah era kekuasaan VOC runtuh dan resmi digantikan oleh Belanda, aturan yang mengatur terkait masuk dan keluarnya barang diatur dalam Indische Tarief Wet 1910 No 79. Perubahan aturan tersebut mulai dilakukan sejak tahun 1865 hingga 1931.

Mengutip dari buku “Kepabeanan, Imigrasi, Karantina dan Logistik Internasional” (2023), bahwa untuk mengatur keluar masuknya barang di Hindia Belanda terdapat lembaga khusus yang menanganinya.

Lembaga Khusus Bea Cukai Zaman Belanda

Lembaga tersebut bernama De Dienstder Invoeren Uitvoerrechten en Accijnzen (I.U & A), artinya sebagai Dinas Bea Impor dan Cukai.

Berikut ini beberapa tugas penting lembaga tersebut:

1. Invoerrechten (bea impor/masuk)

2. Uitvoer Rechten (bea ekspor.keluar)

3. Accijnzen (Excis atau cukai)

Sejak berdirinya lembaga yang bertugas untuk mengurusi bea cukai di Hindia Belanda inilah istilah bea dan cukai mulai muncul di Indonesia.

Bea sendiri berasal dari bahasa Sanskerta dan cukai berasal dari bahasa India. Istilah ini yang kemudian dipakai di Indonesia hingga sekarang.

Pungutan cukai pertama pada masa penjajahan Belanda dilakukan terhadap minyak tanah berdasarkan Ordonnantie van 27 Desember 1886 No 249.

Pungutan tersebut dilakukan terhadap minyak tanah. Beberapa produk lain yang juga mendapatkan cukai adalah seperti alcohol sulingan, bir, tembakau, hingga gula.

Nasib Bea Cukai Pasca Indonesia Merdeka

Mengutip dari situs beacukai.go.id, pasca kemerdekaan Indonesia, produk hukum Belanda beserta pelaksanaannya masih berlaku hingga tahun 1995.

Meskipun pasca kemerdekaan Indonesia menerapkan produk hukum masa pendudukan Belanda, namun ada beberapa aturan diskriminatif yang dihilangkan.

Pada masa pendudukan Belanda memang banyak perlakukan diskriminatif yang diterapkan oleh Pemerintah Belanda.

Khusus penanganan urusan bea dan cukai pasca kemerdekaan, maka terbentuklah Pejabat Bea dan Cukai pada 1 Oktober 1946. Pemimpin lembaga ini adalah R.A Kartadjoemena sebagai Kepada Pejabat Bea dan Cukai yang pertama.

Perubahan juga sempat terjadi pada tahun 1948 dengan terbitnya PP Nomor 51 Tahun 1948 yang mengganti istilah Pejabat Bea dan Cukai menjadi Jawatan Bea dan Cukai yang bertahan hingga tahun 1965.

Baca Juga: Sejarah Sekolah Cina di Indonesia, Hollands Chinese School

Pasca tahun 1965, lembaga tersebut berganti menjadi Direktorat Bea dan Cukai (DJBC) yang bertahan hingga sekarang. (Azi/R3/HR-Online/Editor: Eva)

Tunggu Hasil Lab, Dapur MBG Rajapolah Tasikmalaya Ditutup Sementara Waktu Akibat Ada Kasus Dugaan Keracunan Massal

Tunggu Hasil Lab, Dapur MBG Rajapolah Tasikmalaya Ditutup Sementara Waktu Akibat Ada Kasus Dugaan Keracunan Massal

harapanrakyat.com,- Akibat adanya ratusan siswa yang diduga keracunan makanan, dapur MBG Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya untuk sementara berhenti beroperasi. Hal itu untuk menunggu hasil...
Jumlah Korban Dugaan Keracunan Menu MBG Bertambah, Ini Kata Dinas Pendidikan Kabupaten Tasikmalaya

Jumlah Korban Dugaan Keracunan Menu MBG Bertambah, Ini Kata Dinas Pendidikan Kabupaten Tasikmalaya

harapanrakyat.com,- Jumlah pelajar yang mengalami dugaan keracunan menu Makan Bergizi Gratis (MBG), di Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, sampai Jumat (2/5/2025) mencapai 400...
Ribuan Belatung Serang Kios di Pasar Cisurupan Garut, Ternyata Ini Penyebabnya

Geger! Ribuan Belatung Serang Kios di Pasar Cisurupan Garut, Ternyata Ini Penyebabnya

harapanrakyat.com,- Ribuan belatung tiba-tiba menyerang sejumlah kios yang ada di pasar tradisional Cisurupan Garut, Jawa Barat, sejak beberapa hari ini. Tentu belatung-belatung ukuran jumbo...
Guru Honorer di Ciamis Rakit Kendaraan Prototipe dengan Konsep Mobil Tamiya Bermesin Motor

Kreatif, Guru Honorer di Ciamis Rakit Kendaraan Prototipe dengan Konsep Mobil Tamiya Bermesin Motor

harapanrakyat.com,- Sungguh kreatif, Gio Subroto Kusuma (29) pemuda asal Desa Panyingkiran, Kecamatan Ciamis, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, merakit kendaraan prototipe dengan konsep mobil tamiya...
Peringatan May Day, Disnaker Sebut Situasi di Ciamis Kondusif

Peringatan May Day, Disnaker Sebut Situasi di Ciamis Kondusif

harapanrakyat.com,- Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, menyebut jika peringatan May Day atau Hari Buruh Internasional pada Kamis 1 Mei 2025 berjalan...
Dedi Mulyadi Wawancara Kepsek SMAN 1 Cikarang Utara, Terkuak Latar Belakang Aura Cinta

Dedi Mulyadi Wawancara Kepsek SMAN 1 Cikarang Utara, Terkuak Latar Belakang Aura Cinta

harapanrakyat.com,- Sosok Aura Cinta tengah menjadi perbincangan publik setelah videonya bersama Dedi Mulyadi tersebar luas di media sosial. Gadis ini dikenal kritis dan berani...