Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),- Kasus anak yang dibunuh ayah kandungnya, di Dusun Tamansari RT 17/RW 05 Desa Kertahayu, Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis, ternyata masih menyimpan misteri. Pasalnya, meski pelaku sudah mengakui perbuatannya, namun pihak kepolisian akan melakukan pembongkaran makam korban untuk keperluan otopsi guna mendukung bukti perkara tersebut.
Seperti diberitakan sebelumnya, pria berinisial ES (51), warga Dusun Tamansari RT 17/RW 05 Desa Kertahayu, Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis, nekad membunuh anak perempuannya bernama Neni Wahyuni (13), siswi kelas VI SDN 5 Kertahayu, Selasa (05/01/2016). ES sempat melarikan diri setelah menghabisi nyawa anaknya. Namun, dia akhirnya menyerahkan diri ke Polsek Banjar dan mengakui perbuatannya. [Berita Terkait: Polres Ciamis Akan Bongkar Makam Anak yang Dibunuh Ayah Kandungnya]
Hingga berita ini diunggah, HR Online belum mendapat keterangan dari pihak kepolisian terkait alasan otopsi tersebut. Namun, kabar yang beredar di tetangga korban dan pelaku, terdapat cerita yang mengejutkan. Cerita itu adalah penuturan korban sebelum ditemukan tewas di rumahnya.
Kepala Dusun Tamansari, Desa Kertahayu, Kusnadi, ketika dihubungi HR Online, Minggu (10/01/2016), mengatakan, sebelum ditemukan tewas, korban pernah bercerita kepada tetangganya bahwa dia enggan tinggal bersama ibu kandungnya. Setelah kedua orangtuanya bercerai, korban memilih untuk tinggal bersama ayah kandungnya.
Setelah kedua orangtuanya bercerai, lanjut Kusnadi, korban seperti menaruh iba kepada ayahnya dan menyimpan kebencian kepada ibunya. Saat bercerita kepada tetangganya pun, korban menuturkan bahwa dia akan tinggal bersama ayahnya. Dan dia pun berikrar akan sehidup semati bersama dengan ayahnya.
“Saat itu korban menuturkan ikrar tersebut. Bahkan, saking iba kepada ayahnya, dia mengatakan kalau ayahnya hidup dia juga hidup, kalau ayahnya mati dia pun harus mati,” kata Kusnadi menirukan perkataan korban yang sampaikan kepada tetangganya.
Kusnadi menambahkan, saat korban ditemukan tewas, didekatnya ditemukan dua tali tambang yang sebelumnya diduga digunakan untuk bunuh diri. Adanya temuan itu, lanjut dia, spekluasi pun muncul bahwa sebelumnya korban dan pelaku akan sama-sama melakukan bunuh diri.
“Temuan itu lantas dikaitkan oleh warga dengan ikrar korban sebelum meninggal yang menyebutkan akan sehidup semati dengan ayahnya. Namun, hal itu hanya cerita dari tetangga korban. Peristiwa sebenarnya seperti apa, kita tunggu saja hasil pemeriksaan kepolisian,” ujarnya.
Saat diperiksa polisi pun, ES (51), ayah korban yang juga pelaku pembunuhan, mengaku mengajak anaknya untuk bunuh diri bersama. Ajakan tersebut dimungkinkan karena ES stres setelah melihat istrinya atau ibu korban, pulang dari TKW dalam keadaan hamil. Es dan istrinya pun akhirnya pisah ranjang.
Setelah pelaku gagal mengajak anaknya bunuh diri, akhirnya timbul dalam fikiran pelaku kalau dirinya bunuh diri, anaknya akan tinggal bersama siapa.
Kemudian, korban pun menolak ketika akan diantarkan pelaku ke ibunya. Melihat seperti itu, akhirnya tersangka mengambil tambang yang sudah disiapkan, lalu menjerat leher korban dengan dua lilitan sehingga mengakibatkan anaknya meninggal.
Setelah korban tewas, tersangka juga melakukan upaya bunuh diri dengan cara menggantungkan diri. Namun, mungkin karena tali tambangnya kecil, akhirnya terputus. Saat terputus, bertepatan tetangganya datang, sehingga tersangka melarikan diri. (Suherman/R2/HR-Online)
Berita Terkait
Karena Bisikan Gaib, Bapak di Ciamis Nekad Bunuh Anaknya
Setelah Bunuh Anaknya, Bapak di Ciamis Ini Coba Bunuh Diri
Sebelum Bunuh Anaknya, Bapak di Ciamis Ini Ajak Korban Bunuh Diri Bersama
Heboh, Makam Korban Pembunuhan di Ciamis Dibongkar Orang tak Dikenal