Saham bank mini sepertinya terpantau telah mengalami kenaikan yang sangat signifikan pada perdagangan awal pekan 8/11/21, sesi pertama. Dengan adanya penguatan IHSG pada level 6.627.579, maka kenaikan emiten perbankan pun bisa terlihat sangat jelas dari indeks sektor keuangan.
Selain hanya akumulasi beli yang signifikan dari para investor, maka kenaikan emiten perbankan juga kemungkinan terdorong oleh persiapan MI. Guna mempercantik kembali portofolio laporan keuangan mereka atau strategi windows dressing. Apa itu?
Baca Juga: Ciri-Ciri Saham Blue Chip yang Perlu Anda Ketahui, Ini Penjelasannya!
Saham Bank Mini Telah Mengalami Kenaikan yang Cukup Signifikan
Sejumlah bank mini atau bank di bawah ketentuan OJK sebesar 3 triliun telah mengalami rebound sejak perdagangan 29/10/21. Pasalnya, kenaikan ini terjadi sesudah saham dari bank mini mengamati koreksi pada hari sebelumnya itu.
Edward Lowis selaku Analisis Senior PT Sucor Sekuritas juga menjelaskan mengenai kriteria dari bank mini yang menjadi buruan investor. Ini merupakan bank dengan ekosistem bagus. Memiliki kemampuan kredit yang baik untuk para nasabahnya.
Namun ia kembali menjelaskan mengenai kemampuan kredit yang menjadi suatu tantangan bagi saham bank mini untuk menjalankannya. Karena bank mini yang akan menuju digital belum mempunyai database nasabah secara cukup.
Meski demikian, belakangan ini progress dari bank mini sudah semakin membaik dan sejumlah bank tersebut meluncurkan layanannya. Selain itu, untuk persaingan pada sektor bank, ini sepertinya akan semakin sengit. Pasalnya, banyak pemain awam dan modal lebih besar.
Baca Juga: Saham Tesla Anjlok Karena Cuitan Elon Musk di Twitter, Bagaimana Bisa?
Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Saham bank mini terutama yang mempunyai modal inti di bawah 2 triliun rupanya terus diburu waktu guna memenuhi ketentuan otoritas. Sedangkan tenggat akhir dari pemenuhan modal minimum paling lambat pada akhir bulan Desember.
Akhir tahun ini, OJK juga mengharuskan bank-bank agar memiliki modal setidaknya 2 triliun kalau tidak ingin turun kasta jadi BPR. Sedangkan untuk tahun 2022 mendatang, modal minimalnya berkisar 3 triliun rupiah.
Sebagaimana penjelasan OJK sejak 5 November, maka semua pemilik bank mini bermodal 2 triliun sudah berkomitmen agar memenuhi modalnya. Hingga sampai saat ini pihak OJK juga masih menunggu realisasi dari perbankan tersebut.
Sebelumnya juga ada ketentuan pemenuhan modal inti yang kemudian membuat para investor berspekulasi kembali tentang masuknya investor. Sehingga membuat harga saham tersebut semakin melambung tinggi semenjak awal tahun 2021.
Bagaimana dengan Valuasi?
Melonjaknya saham bank mini, maka membuat banyak para investor bertanya-tanya mengenai valuasi yang akan terjadi kedepannya. Apakan valuasi bank mini akan lebih mahal seiring dengan melesatnya harga saham?
Ternyata tak semua valuasi bank mini juga akan menjadi lebih mahal seiring dengan lonjakan harga saham tersebut. Setidaknya ada dua rasio dalam analisis fundamental seperti Price to Book Value dan Price Earning Ratio.
PBV merupakan metode valuasi yang akan membandingkan nilai buku emiten dengan harga pasar itu sendiri. Jika semakin rendah PBV, maka perusahaan tersebut juga dinilai lebih murah.
Sementara PER adalah metode evaluasi yang akan membandingkan laba bersih per sahamnya dengan menggunakan harga pasar. Jika semakin rendah PER, maka suatu perusahaan akan dianggap sebagai perusahaan yang murah.
Baca Juga: Peluang Window Dressing Akhir Tahun Beri Keuntungan yang Besar
Tantangan Utama
Saham bank mini sendiri memiliki tantangan utama seperti bagaimana memaksimalkan kemampuan suatu teknologi untuk efisiensi. Selain itu, bank mini juga perlu bersaing dengan cara terbaru. Karena bila bersaing dengan cara lama, tentu akan kalah saing dengan bank lain.
Lebih lanjut lagi, analisis telah memastikan mengenai poles portofolio pialang (windows dressing) akan terjadi pada akhir 2021. Dengan demikian, akan memicu pergerakan sektoral beberapa emiten.
Dari adanya efek window dressing ini, tentu juga akan berpeluang untuk mendapat sentimen yang lebih positif lagi. Hal ini mengingat emiten dalam sektor tersebut adalah salah satu komponen portofolio MI (Manajer Investasi).
Jalannya pemulihan ekonomi tentunya akan memberikan dampak yang signifikan bagi para penyaluran kredit. Tapi kebutuhan window dressing bisa meningkatkan harga saham dan para investor dapat mencetak keuntungan lebih besar.
Sebagai imbuhan, ada juga saham bank mini yang lain seperti Bank Victoria yang juga akan memenuhi peraturan dari OJK. Terkait konsolidasi bank, mengharuskan modal inti bank sebesar 3 triliun rupiah pada 2023. (R10/HR-Online)