Keteladanan Abu Dzar Al-Ghifari yang merupakan salah satu sahabat Nabi SAW menarik diketahui. Selain menjadi sahabat Nabi SAW, ia juga memiliki kisah yang bisa menjadi pelajaran.
Mungkin masih banyak sebagian dari kita yang belum begitu familiar dengan nama ini. Tetapi, dulu kisahnya membuat orang terkejut.
Baca juga: Keteladanan Umar Bin Abdul Aziz Dalam Kepemimpinan, Apa Saja?
Perlu Anda ketahui bahwa sahabat Nabi SAW ini memiliki nama Jundud bin Junadah bin Sakan. Abu Dzar ini juga berasal dari keluarga atau suku Ghifar.
Dahulu orang-orang juga menyebutnya dengan penyamun sebelum adanya agama Islam. Dengan begitu, tak heran apabila sahabat Rasul yang satu ini mempunyai masa lalu keras.
Walaupun begitu, banyak orang yang juga mengenal Abu Dzar Al-Ghifari sebagai sosok keteladanan dengan keteguhan hati, visioner, serta pikiran matang. Bagaimana bisa? Bukankah ia seorang penyamun?
Apa bisa ia menjadi sosok yang baik hati? Jika kita logika, mungkin hal tersebut tidak mungkin. Tetapi, semua yang terjadi kepada Abu Dzar juga kehendak dari Allah SWT.
Ketahui Keteladanan Abu Dzar Al-Ghifari yang Bisa Diamalkan
Ketahuilah, dahulunya Abu Dzar Al-Ghifari merupakan penyamun yang sangat sering melakukan aksi teror.
Meskipun begitu, dalam hatinya mempunyai sifat yang baik. Hal tersebut bisa kita lihat dari kisahnya. Suatu hari ia merasa kasihan kepada korban yang menjadi aksi terornya.
Hal tersebutlah yang akhirnya membuat Abu Dzar menyesali perbuatannya. Bukan hanya itu saja, tetapi penyesalan itu menyebabkan sahabat Rasulullah ini memiliki keinginan untuk mengakhiri dan berhenti berbuat jahat.
Baca juga: Kepemimpinan Abu Bakar Menjadi Kisah yang Menginspirasi dan Teladan
Ia tak hanya mengajak dirinya sendiri untuk berhenti melakukan perbuatan tercela tersebut, namun juga mengajak teman-temannya supaya bisa insyaf.
Apakah Abu Dzar dalam mengajak teman-temannya insyaf menuju jalan yang benar ini mudah? Ia mengalami masa-masa sulit sama seperti yang Nabi alami. Niat baik Abu Dzar ternyata ditolak mentah-mentah oleh kaumnya.
Mendengar Dakwah Rasulullah
Muncul kemarahan yang besar dari kaumnya. Akhirnya, ia diusir oleh kaumnya. Tetapi hal tersebut tidak membuat Abu Dzar kembali menjalankan aksi terorisnya. Malah ia mendengar kabar baik dari Mekkah bahwa Muhammad sedang mendakwahkan agama Islam.
Semenjak itulah, Abu Dzar tertarik masuk Islam. Kemudian ia berniat menemui Nabi Muhammad untuk menyatakan keinginan tersebut.
Mendengar apa yang ia katakan bahwa akan masuk Islam dengan sukarela tanpa paksaan, membuat Nabi SAW senang dan membimbingnya. Ternyata Abu Dzar juga termasuk salah satu golongan Assabiqunal Awwalun.
Dalam sepenggal kisah ini, keteladanan Abu Dzar Al-Ghifari yang bisa kita ambil adalah saat kita berniat ingin berubah menjadi baik, pasti Allah akan menolong kita.
Menunjukkan jalan terbaik dan menemukan kita dengan orang-orang yang baik. Buktinya, Abu Dzar diusir tetapi justru ia menemukan Rasulullah.
Berhasil Membuat Takjub Nabi SAW
Masuknya Abu Dzar ke Islam, malah menyebabkan ia menjadi incaran kaum Quraisy. Mengetahui akan hal tersebut, Rasulullah akhirnya memerintahkannya untuk kembali kepada keluarganya. Tanpa berpikir panjang, Abu Dzar menuruti perintah Rasulullah.
Ternyata saat kembali ke keluarganya, sahabat Nabi ini tak diam saja. Ia menyebarkan Islam ke kaum Ghifar.
Hingga pada akhirnya Abu Dzar berhasil membawa suku tersebut masuk Islam. Kisah ini juga menjadi keteladanan Abu Dzar Al-Ghifari.
Tepatnya, setelah ia percaya kepada kekuasaan-Nya, Allah memudahkan apa yang ingin ia wujudkan. Kesuksesan dalam membawa kaum Ghifar tersebut pastinya juga ada usaha yang keras dan gigih sembari doa sungguh-sungguh.
Ketika Nabi Muhammad hijrah ke Madinah lantas melihat kelompok yang berbaris sembari menyerukan takbir, saat itulah Rasul terkejut, heran, dan takjub.
Hidup dalam Kesederhanaan
Keberhasilannya dalam membawa kaum Ghifar masuk Islam, tidak membuat sahabat Nabi ini sombong. Justru ia hidup dalam kesederhanaan.
Baca juga: Keteladanan Zubair bin Awwam, Berani dan Rela Berkorban Demi Islam
Abu Dzar Al-Ghifari ini menjadi keteladanan untuk kita agar tidak sombong terhadap apa yang sudah kita usahakan. Malah harus terus bersujud kepada Allah.
Kesederhanaan Abu Dzar bisa kita lihat saat suatu hari ada orang yang masuk ke rumahnya. Orang tersebut bertanya, “Di mana barang-barangmu?”
Mendengar pertanyaan tersebut, membuat sahabat Nabi ini menjawab, “Sudah ku kirimkan ke akhirat”.
“Tapi, bukankah kau membutuhkannya”. “Memang, tapi Allah tidak mengizinkan kami tinggal di sini selamanya”.
Apa yang Abu Dzar Al-Ghifari katakan tersebut juga menjadi keteladanan. Kita tidak boleh terlena dengan kemewahan duniawi yang fana ini. Hubbud dunya hanya akan menyebabkan kita sengsara. (R10/HR-Online)