Investasi energi terbarukan 2021 tidak terealisasi secara penuh. Pencapain tahun tersebut sebesar US$ 1,51 miliar atau 74% dari target yang ditetapkan US$ 2,04 miliar.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana menjelaskan jika realisasi investasi terdiri dari sektor Panas Bumi US$ 680 juta.
Kemudian Bioenergi sebesar US$ 340 juta, konservasi energi US$ 10 juta, dan aneka EBT US$ 480 juta.
Namun untuk tahun ini investasi tersebut dengan target mencapai US$ 3,9 miliar. Dari target tahun lalu berharap investasi energi terbarukan tahun ini akan tercapai.
Harapan besar jika investasi pada sektor panas bumi aneka EBT atau hidro, angin dan surya dapat mencapai angka US$ 950 juta.
Baca Juga: Investasi Mobil Mewah Mampu Meraup Keuntungan Menjanjikan
Investasi Energi Terbarukan Dipengaruhi Beberapa Faktor
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), realisasi kegiatan investasi energi baru dan terbarukan sepanjang tahun 2021. Pencapaian belum juga memenuhi target.
Angka tersebut menunjukkan lebih rendah. Hal ini menandakan jika investasi sektor energi hijau hanya 74% saja.
Pada tahun ini ESDM menargetkan investasi terbarukan dapat mencapai hingga angka US$ 3,91 miliar.
Rinciannya dari Panas Bumi sebesar US$ 950 juta, Aneka EBT sebesar US$ 2,79 miliar, Bioenergi US$ 160 juta, Konservasi Energi US$ 10 juta. Sedangkan untuk penerimaan bukan pajak dari sektor panas bumi tahun lalu mencapai Rp 1,92 triliun.
Baca Juga: Strategi Investasi ESG di Pasar Modal, Lengkap dengan Pengertiannya
Pencapaian sepanjang tahun 2021 setara dengan 134,1% dari rencana sebelumnya sebesar Rp 1,43 triliun. Realisasi PNBP terpengaruh dengan adanya beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain:
- Faktor pertama yang mempengaruhi investasi energi terbarukan yaitu tidak terlaksananya kegiatan perencanaan pembangunan, pengeboran, dan operasional pada tahun sebelumnya.
- Sedangkan untuk faktor kedua juga mendapat pengaruh dari optimalisasi biaya atau cost pengembang panas bumi pada rezim eksisting. Untuk salah satunya adalah percepatan pengeboran PLTP Salak. Sehingga mereduksi cost yang menyebabkan peningkatan PNBP.
- Faktor lainnya yaitu adanya amandemen kenaikan untuk harga jual listrik. Selain itu, kurs konversi untuk harga USD terhadap rupiah.
- Pencadangan saldo PPN reimbursement yang tidak terealisasi. Komposisinya sendiri berdasarkan pola pengusahaan, PNBP sebesar 97% berasal dari Wilayah Kerja Panas Bumi Eksisting.
Baca Juga: Penyebab Investasi Mangkrak Bisa dari Izin hingga Perekonomian
Patokan EBT Tahun 2022
Setelah investasi baru terbarukan tahun lalu tidak tercapai, untuk tahun 2022 ini target mencapai angka US$3,91 Miliar. Tahun ini rincian Kementerian ESDM menargetkan investasi EBT terealisasi sepanjang tahun.
Adapun rinciannya yaitu dari sektor panas bumi sebesar US$950 juta, Aneka EBT sebesar US$2,79 miliar, Bioenergi US$160 juta, dan Konservasi Energi US$ 10 juta.
Penyebab tingginya investasi diperoleh dengan adanya pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap yang cukup signifikan. Target kapasitas PLTS atap bisa mencapai 335 Megawatt.
Untuk tahun ini investasi baru terbarukan hampir Rp 2 triliun sedikit dan untuk tahun depan menargetkan pencapaian pada angka Rp 1,55 triliun. Realisasi ini untuk bisa tercapai pada tahun 2022. (R10/HR-Online)