Indonesia memiliki berbagai pakaian adat yang mencerminkan budaya lokal, misalnya sejarah Baju Bodo. Meskipun tampak sederhana, pakaian adat dari Sulawesi Selatan ini memiliki makna dan nilai sejarah yang mendalam.
Baca Juga: Baju Adat Tanah Bumbu, Busana Khas Kalsel dengan Beragam Filosofi
Baju Bodo memiliki kisah panjang yang mencerminkan tradisi dan warisan budaya Nusantara. Pakaian adat ini merupakan simbol identitas yang penting bagi masyarakat Sulawesi Selatan.
Sejarah Baju Bodo sebagai Identitas Kecantikan Wanita Bugis
Pakaian adat Baju Bodo menjadi simbol keanggunan dan kecantikan wanita Bugis. Meskipun desainnya terlihat sederhana, pakaian adat ini mampu memancarkan aura keanggunan bagi siapa saja yang mengenakannya.
Sejarah Pakaian Adat Bodo
Baju Bodo dari Bugis memiliki latar belakang dan filosofi yang kaya, mencerminkan warisan budaya dan sejarah yang unik. Pakaian adat ini merupakan busana tradisional Sulawesi Selatan, khususnya dikenakan oleh wanita dari suku Makassar, Mandar, dan Bugis.
Dalam bahasa Bugis, pakaian ini terkenal dengan sebutan “Waju Tokko” atau “Bodo Gesung.” Baju Bodo tidak hanya menjadi simbol kecantikan, tetapi juga memiliki makna terkait dengan status sosial dan usia pemakainya.
Sejarah Baju Bodo merupakan salah satu pakaian adat tertua di dunia. Pakaian ini memiliki karakteristik lengan pendek sebagai ciri khas desainnya.
Bukti bahwa Baju Bodo merupakan pakaian adat tertua, terletak dari bahannya yang menggunakan kain muslin. Material kain ini terbuat dari hasil tenunan serat kapas yang kemudian dijahit menggunakan katun.
Produksi dan perdagangan kain muslin pertama kali terletak di Bangladesh pada abad ke-9. Kendati demikian, kain ini populer di kalangan Masyarakat Sulawesi Selatan jauh sebelum memasuki Eropa pada abad ke-17.
Penggunaan kain muslin sangat ideal bagi daerah tropis, karena memiliki benang yang rapat dan longgar. Dahulu kala, wanita suku Bugis mengenakan Baju Bodo dengan cara yang sederhana.
Penggunaan pakaian adat ini tanpa menggunakan penutup dada, sehingga lekuk tubuh pemakainya terlihat dengan jelas. Baju Bodo kemudian dipadukan dengan sarung sutra dari pinggang hingga menyentuh tanah.
Desain bawahan Baju Bodo menggunakan sarung longgar dengan warna yang serasi. Sarung tersebut, terbuat dari benang yang berasal dari berbagai serat, termasuk serat akar anggrek liar dan serat pisang hutan.
Seiring perkembangan zaman, sejarah Baju Bodo telah mengalami perubahan sejak masuknya Islam ke Sulawesi. Kini, pakaian adat ini menggunakan baju dalaman yang memiliki warna senada dengan bagian luarnya.
Baca Juga: Baju Melayu Pria, Nyaman Dikenakan dengan Desain yang Lebih Keren
Bahkan, kini tersedia variasi Baju Bodo dengan lengan panjang. Dengan demikian, pakaian adat ini tetap terlihat cantik dan sopan saat dikombinasikan dengan kerudung.
Warna Baju Bodo Mencerminkan Identitas
Salah satu keunikan sejarah Baju Bodo terletak dari variasi warna yang mencerminkan identitas pemakainya. Setiap warna dalam pakaian adat ini memiliki makna tersendiri. Misalnya, warna jingga bagi anak berusia 10 tahun, serta pink untuk anak berusia 10 hingga 14 tahun.
Selanjutnya, warna merah menjadi pilihan bagi perempuan berusia 17 hingga 25 tahun. Warna tersebut melambangkan wanita yang sudah menikah atau sudah memiliki anak. Sedangkan bagi wanita yang menyandang status janda, biasanya mengenakan Baju Bodo berwarna ungu.
Bagi wanita yang berusia 25 hingga 40 tahun, umumnya mengenakan Baju Bodo berwarna hitam. Kemudian bagi pengasuh, dayang, dan dukun mengenakan pakaian berwarna putih.
Dalam kepercayaan suku Bugis, warna hijau identik dengan simbol kemakmuran. Oleh sebab itu, baju dengan variasi warna ini khusus bagi para kaum bangsawan.
Kendati demikian, aturan tersebut mulai berubah. Seiring perkembangan zaman, wanita memiliki kebebasan untuk mengenakan Baju Bodo sesuai dengan warna yang diinginkan.
Aksesoris Baju Bodo
Baju Bodo identik dengan penggunaan perhiasannya yang melimpah. Meskipun desainnya tampak sederhana, aksesoris yang melengkapinya cukup beragam.
Perhiasan yang melengkapi pakaian adat ini terdiri dari anting, kalung, dan gelang. Biasanya, perhiasan tersebut terbuat dari emas ataupun perak. Penggunaan aksesoris tersebut membuat Baju Bodo semakin terlihat anggun dan memikat.
Baju Bodo biasanya dilengkapi dengan tokeng (kalung susun), karawik (perhiasan di bagian dada dan punggung), Sima’ Taiyak (perhiasan di lengan baju), ponto lolak, bossak dan karrok tedong (gelang). Selain itu, ada pula aksesoris bunga sibolok, pa’toddo’ (bros), serta bangkarak dan toge (anting).
Baca Juga: Sejarah Hari Batik Nasional Warisan Budaya Nusantara
Sejarah Baju Bodo mencerminkan budaya lokal masyarakat Sulawesi Selatan. Pakaian adat ini memiliki aksesoris beragam, serta variasi warna yang mencerminkan identitas pemakainya. (R10/HR-Online)