harapanrakyat.com,- Sejumlah orang tua siswa keluhkan guru olahraga SMAN 1 Pamarican, Ciamis, Jawa Barat, dalam menghukum murid dengan berjemur di lapangan di bawah terik matahari. Lantas bagaimana penjelasan Herli, guru olahraga SMAN 1 Pamarican terkait keluhan orang tua siswa?
Baca Juga: Disdik Ciamis Angkat Bicara Soal Oknum Guru SD yang Diduga Cabuli Siswinya di Lakbok
Herli mengaku, bahwa apa yang ia lakukan dalam memberikan hukuman kepada siswa sudah sesuai prosedur yang benar. Herli menjelaskan, bahwa anak-anak yang mendapat hukuman sudah terlambat masuk ke kelas.
“Sehingga, saya pun memberikan hukuman disiplin,” jelasnya kepada harapanrakyat.com di ruang sekolah Jumat (09/05/2025).
Selain itu, ia membantah jika murid yang mendapat hukuman berjemur di lapangan sudah bilang izin karena sakit. Bahkan, Herli mengaku tidak tahu jika AR sedang sakit, sehingga semua yang terlambat masuk kelas mendapat hukuman.
“Nah setelah dihukum baru ada yang ngomong jika AR sedang sakit. Makanya tadi langsung disuruh ke pinggir dan masuk ke ruang kelas untuk istirahat,” terangnya.
Sayangkan Perlakuan Guru Olahraga SMAN 1 Pamarican Ciamis yang Hukum Murid Berjemur di Lapangan
Sementara itu, Dewan Pembina SDM Porwapi Jabar, Ade Sapujagat, menyayangkan akan kejadian yang oknum guru olahraga di SMAN 1 Pamarican tersebut lakukan. Ia pun berharap adanya pembinaan dari atasan, agar kejadian yang serupa tidak terus berulang.
Baca Juga: Komisi D DPRD Ciamis Sebut Guru Tidak Perlu Takut Didik Siswa Agar Disiplin
Bahkan, setelah mendengar adanya aduan dari orang tua siswa, pihaknya pun langsung datang ke SMAN 1 Pamarican. Namun sayang, guru olahraga tersebut sudah tidak ada di sekolah. Sehingga yang menemuinya hanya wakil kepala sekolah saja.
“Tujuan kami ini adalah untuk melakukan konfirmasi secara langsung kepada yang bersangkutan. Jika memang ada pelanggaran, kami tentunya akan melakukan pendampingan secara hukum,” katanya.
Guru Olahraga SMAN 1 Pamarican Ciamis Tidak Kooperatif
Namun, sambungnya, saat pihaknya datang ke sekolah, guru olahraga yang menghukum siswanya berjemur di lapangan dinilai tidak kooperatif. Sehingga menimbulkan banyak praduga.
“Saya sudah mencoba menghubungi melalui telepon, tapi tidak mau ngangkat. Dan ketika Wakasek meneleponnya juga sama tidak mau ngangkat. Padahal seharusnya dia itu kooperatif,” katanya.
Menurutnya, hal tersebut tentunya benar-benar harus disikapi dengan serius. Sebab, dari penuturan wakil kepala SMAN 1 Pamarican, oknum guru olahraga tersebut sering melakukan hal seperti itu.
“Padahal pihak atasan di sekolah tersebut sudah sering untuk mengingatkan, tapi sikapnya terus berulang ulang kembali. Jadi benar kejadian seperti ini sudah berulang kali ia lakukan. Bahkan sempat juga kan ada ortu siswa dulu yang datang dan membuat laporan,” ujarnya.
Ade mengungkapkan, bahwa orang tua siswa mempunyai hak mempertanyakan kebijakan sekolah yang dianggap berlebihan saat memberikan sanksi hukuman kepada siswa. Terlebih menghukum murid berjemur di lapangan di bawah terik matahari, dan mengucapkan kata-kata kasar.
Sehingga menurutnya wajar jika orang tua siswa datang juga ke sekolah untuk mempertanyakan terkait sanksi yang sekolah terapkan. Meski ia tidak menampik bahwa dalam aturan ada sanksi untuk anak atau siswa. Namun sanksi tersebut harus normatif, jangan sampai ada perlakuan yang kelewatan.
“Ya seperti kata-kata kasar, mencaci di depan teman-teman siswa lainnya yang bisa membuat psikologi anak itu terganggu. Itu gak boleh. Sikap itu tetap harus guru jaga,” pungkasnya. (Suherman/R5/HR-Online/Editor: Adi Karyanto)