Bagi sebagian orang pasti peristiwa ini menjadi kisah yang asing, apalagi jika sudah mendengar namanya saja “Sabotase Kemerdekaan” tampaknya terlalu seram untuk kita dengar.
Namun inilah salah satu fenomena sejarah sekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia yang sering terlupakan.
Sabotase kemerdekaan sebetulnya istilah dari oleh Moh. Hatta saat itu ketika terjadi peristiwa penculikan Soekarno-Hatta oleh golongan muda ke Rengasdengklok.
Sejarah pun mencatat peristiwa ini bisa menjadi penanda akan peran pemuda dalam memperjuangkan kemerdekaan, meskipun perjuangannya tidak terukur dan gagal.
Meskipun demikian, perjuangan para golongan muda ini setidaknya sudah tercatat dalam sejarah sekitar proklamasi yang perlu anda pahami.
baca juga: Sejarah Revolusi Hijau: Mengenal Modernisasi Pertanian Zaman Soeharto
5 Penyebab terjadinya Sabotase Kemerdekaan 1945
Artikel berikut ini akan membahas mengenai beberapa penyebab terjadinya peristiwa tersebut berdasarkan pada buku Walentina Waluyanti Dejonge, “Soekarno Hatta bukan Proklamator Paksaan”.
Sukarni Golongan Muda Penculik Dwi Tunggal
Nama Sukarni rasanya tak asing di telinga setiap orang yang tertarik dengan sejarah, beliau adalah salah seorang yang memegang peran penting dalam peristiwa Rengasdengklok.
Sukarni berasal dari golongan muda yang menginginkan kemerdekaan tanpa campur tangan Jepang.
Bagi Sukarni dan kawan-kawan, Soekarno dan Hatta atau Dwi Tunggal ini akan memberi kemerdekaan kepada bangsa nya yang berasal dari Jepang.
Oleh sebab itu Sukarni dan para pemuda lainnya akan mengadakan pemberontakan di Jakarta, namun terlebih dahulu menculik Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok sebagai upaya perlindungan.
Adapun penculikan yang kemudian Bung Hatta menyebutnya sebagai Sabotase Kemerdekaan oleh Sukarni dan kawan-kawan terjadi pada 16 Agustus 1945, pas sehari menjelang proklamasi oleh Soekarno-Hatta, yaitu 17 Agustus 1945.
baca juga: Sejarah Resolusi Jihad, Peran Ulama Pesantren Berperang Lawan Penjajah
Hatta dijemput Paksa Sukarni Usai Sahur
Sebagaimana yang terjadi sebelumnya, sabotase ini pada saat jam-jam tertentu, tak terkecuali waktu sesudah sahur.
Pada tanggal 16 Agustus 1945 bangsa Indonesia yang Muslim sedang menjalankan ibadah puasa. Sementara pemilihan waktu sesudah sahur karena peluang untuk membangunkan target bisa lebih sopan dan cepat dan yang pasti menghindari paksaan.
Adapun penyebab terjadinya sabotase kemerdekaan berupa penculikan di rumah Bung Hatta ini, sebelumnya sudah ada rencana dan pengaturan atau metode yang strategis guna meminimalisir kegaduhan dari sesuatu hal yang tidak mereka inginkan.
Kronologi Menjemput Soekarno
Usai menjemput bung Hatta, para pemuda akhirnya menuju target sasaran kedua yaitu, Soekarno. Ia mengatakan kepada wartawan yang mewawancarai tentang peristiwa ini, ia menyebut saat pemuda menculiknya, keadaan sedang sepi.
Soekarno dan segenap keluarganya yang ada di rumah kebetulan baru saja selesai sahur sebagai mana Hatta juga.
Sesaat ada suara sama yang tak terlalu jelas hingga tiba gemuruh langkah kaki secara ramai-ramai yang ternyata itu adalah rombongan Sukarni dan para pemuda lainnya.
Soekarno juga menceritakan bagaimana Sukarni saat itu dengan gagah beraninya menculik Hatta yang berada di dalam mobil.
Soekarno pun sempat marah kepada Sukarni dan rombongannya akibat dari tindakan sewenang-wenang ini, namun karena kekuatan para pemuda ini kuat, maka Soekarno pun ikut terculik secara terpaksa.
Namun sekali lagi Soekarno meyakinkan para pemuda bahwa tindakannya itu akan gagal.
baca juga: Sejarah Pengakuan Tionghoa di Indonesia, Bermula dari BPKI
Meski Soekarno Marah, Ia Menilai Aksi ini sebagai Patriotisme
Di mata Soekarno, para pemuda yang ada saat itu menculik Soekarno dan Hatta memiliki jiwa patriotisme yang tinggi.
Hal ini seperti mengingatkan kembali pada saat Soekarno muda dahulu dengan rekam jejak politiknya di PNI.
Meskipun ia mengapresiasi bentuk patriotisme golongan muda, untuk kali ini ia juga mengkritiknya.
Ia menilai gerakannya itu kurang strategis dan penuh risiko, pastinya gerakan golongan muda akan menemui jalan yang buntu, alias gagal.
Golongan Muda Terinspirasi Gerakan Putsch Hittler
Masih menurut Walentina Waluyanti Dejonge, dalam “Soekarno Hatta bukan Proklamator Paksaan”, menyebut bahwa gerakan penculikan oleh golongan muda terhadap Soekarno-Hatta terinspirasi dari gerakan sabotase partai Nazi Hittler bernama putsch.
Putsch adalah sebuah upaya pemberontakan yang disiapkan oleh pasukan partai Nazi untuk menyerang dan menjatuhkan pemerintahan demokrasi serta mengambil alih kekuasaan melalui cara-cara kekerasan.
Namun gerakan ini gagal sebagaimana yang Sukarni lakukan pada Soekarno-Hatta. Hal ini terjadi akibat golonan muda kurang mendapatkan kepercayaan oleh bangsa Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaan, akhirnya upaya penculikan itu terpaksa digagalkan setelah berdiam diri sehari di Rengasdengklok.
Berakhir Sia-sia
Seperti ungkapan Bung Hatta, sabotase kemerdekaan mengalami kegagalan. Hingga sampai pukul 12:00 WIB siang hari di Rengasdengklok (daerah tujuan penculikan Soekarno-Hatta) tidak terjadi revolusi apa-apa. Rencana pemberontakan yang persiapannya jauh-jauh hari oleh pemuda di Jakarta tidak terjadi sama sekali. Akhirnya Soekarno dan Hatta mereka pulangkan ke Jakarta dengan memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. (Erik/R6/HR-Online)