Wafatnya Ali bin Abi Thalib menjadi pelajaran untuk kita. Seperti yang sudah kita ketahui bahwa kelak semua itu akan mati.
Seperti janji Allah bahwa mereka yang bernyawa pasti akan mati. Hal tersebut juga bisa kita temukan dalam ayat Al Quran yang menjadi pedoman utama dalam kehidupan manusia.
Sebenarnya sudah kita ketahui juga bahwa Ali Bin Abi Thalib itu merupakan Khalifah ke-4. Ali juga merupakan menantu dari Baginda Nabi Muhammad SAW.
Kisahnya bersama Fatimah terus menjadi inspirasi bagi kaum muda. Tidak hanya menjadi menantu saja, melainkan Ali sendiri juga sepupu dari Nabi Muhammad SAW.
Ayahnya Abu Thalib bin Abdul Muthalib Bin Abdu Manaf, ibu Ali adalah Fathimah binti Asad bin Hasyim bin Abdu Manaf.
Ia dilahirkan dalam Ka’bah serta mempunyai nama kecil yakni Haidarah. Rasulullah juga sudah merawat Ali sejak ia kecil.
Ketika Ali tinggal bersama Rasulullah, ia mendapatkan pengajaran langsung dari Baginda Nabi SAW.
baca juga: 3 Amalan yang Tidak Terputus Pahalanya Meski Sudah Wafat dari Dunia
Wafatnya Ali Bin Abi Thalib Khalifah Ke-4
Pada masa Khalifah keempat, Ali Bin Abi Thalib menghadapi masalah yang berat. Bisa dikatakan bahwa saat itu kondisi negara sedang tidak stabil, sedangkan pasukannya yang berada di Irak dan daerah lain membangkang terhadap perintahnya.
Bahkan ada dari mereka yang menarik diri untuk menjadi pasukan dari Ali. Kejadian tersebut lantas menyebabkan kondisi wilayah Syam semakin buruk.
Penduduk Syam tercerai-berai ke selatan dan utara. Kemudian ada peristiwa tahkim antara penduduk Syam yang menyebut muawiyah sebagai Amir.
Seiring bertambahnya kekuatan para penduduk Islam, juga menyebabkan lemahnya kekuatan penduduk Irak.
Padahal Amir mereka yang sebenarnya itu Ali Bin Abi Thalib yang sebaik-baik manusia yang berada di muka bumi pada zaman tersebut. Ia paling taat, paling alim, takut kepada Allah, serta zuhud.
Meskipun mengetahui bahwa Amirnya mempunyai perilaku yang baik budi, tetap saja mereka meninggalkan serta membiarkannya seorang diri. Padahal sebagai Amir, Ali juga sudah memberikan hadiah yang melimpah serta harta yang banyak kepada mereka.
Seperti itulah perlakuan mereka kepada Amirnya. Pernyataan tersebut membuat Ali tidak mempunyai harapan ingin hidup lebih lama, ia mengharapkan kematian.
Hal tersebut juga bisa dikatakan penyebab wafatnya Ali Bin Abi Thalib. Pada masa pemerintahannya terjadi banyak fitnah dan pertumpahan darah.
Namun ia juga bertanya kepada diri sendiri, “mengapa aku belum terbunuh?”
baca juga: Sahabat Rasulullah yang Terakhir Wafat, Abu Qilabah al-Jarmi
Ibnu Muljam
Wafatnya Ali Bin Abi Thalib juga tidak bisa lepas dari Ibnu Muljam. Perlu Anda ketahui dalam kisahnya, Ibnu Muljam sudah berikan ingin menghabisi Ali bin Abi Thalib.
Saat itu tiga orang khawarij berkumpul, ada Abdurrahman bin Amru yang disebut sebagai Ibnu mulkan al-himyari al-kindi dan merupakan sekutu berlidah bala dari suku kindah al-mishri.
Ada alburaq bin Abdillah At-tamimi serta Amru bin Bakr At Tamimi. Mereka dalam perkumpulan tersebut kembali mengenang akan terbunuhnya teman-teman mereka ketika peristiwa tahkim, oleh pasukan Ali.
Mereka juga bertanya apa yang seharusnya kita lakukan setelah meninggalnya teman-teman kita? Padahal mereka itu adalah sebaik-baik manusia, yang banyak salatnya dan menyeru manusia kepada Allah.
Mereka itu juga tidak takut dengan celaan orang-orang yang mencela untuk menegakkan agama Allah. Lalu bagaimana jika kita tebus dengan mendatangi pemimpin yang sesat tersebut, kemudian kita bunuh sehingga kita bisa membebaskan negara ini dari kejahatan mereka.
Kemudian Ibnu Muljam berkata, “Aku akan menghabisi Ali Bin Abi Thalib.”
Al Burak bin Abdillah juga berkata aku akan membunuh muawiyah bin Abi Sufyan. Amru bin Bakr juga berkata aku akan menghabisi Amru bin Ash. Apa yang Ibnu Muljam katakan tersebut juga menjadi pertanda atau pengingat bahwa wafatnya Ali Bin Abi Thalib itu Ibnu Muljam bunuh.
baca juga: Wafatnya Istri Rasulullah Saat Ramadhan, Khadijah dan Aisyah
Peristiwa 17 Ramadan
Setelah itu mereka mengambil pedang masing-masing sembari menyebut nama sahabat siapa yang akan menjadi target.
Ketika orang tersebut juga sepakat akan melakukan aksinya tepat pada tanggal 17 Ramadan 40 Hijriyah. Setelah itu mereka juga berangkat ke tempat di mana target berada.
Karena Ali berada di Kufah, Ibnu Muljam juga berangkat ke Kufah. Di sinilah awal mula atau bermulanya kisah wafatnya Ali Bin Abi Thalib.
Sesampainya di Kufah, Ibnu muljam menyembunyikan identitas dirinya. Hal tersebut juga ia lakukan kepada teman-temannya yang dari kalangan khawarij.
Saat Ibnu Muljam sedang duduk bersama orang Bani taim Ar-Riba, datanglah seorang wanita cantik yang bernama Qatham binti Asy-Syijnah.
Ayahnya dan kakaknya dibunuh oleh Ali Bin Abi Thalib ketika perang nahrawan. Melihat kecantikannya menyebabkan Ibnu Muljam terpesona dan memutuskan untuk meminang wanita tersebut.
Setelah menikah dengan wanita cantik tersebut, Ibnu Muljam menggaet seorang laki-laki yang bernama Syabib bin Bajrah.
Ibnu Muljam bertanya kepada Syabib, “Maukah kamu mendapatkan kemuliaan di akhirat dan di dunia?”
Kemudian Syabib menjawab apa itu? Membunuh Ali. Kemudian ia berkata celaka engkau, jika sudah mengatakan sesuatu yang sangat besar. Bagaimana bisa kamu membunuhnya?
Ibnu Muljam menjelaskan bagaimana strategi yang harus ia lakukan untuk membunuh Ali. Ia juga mengompori Syabib membunuh Ali karena teman-teman mereka yang sudah lebih dahulu meninggal.
Nantinya mereka akan mengepung Ali dan membunuhnya saat melaksanakan salat subuh. Benar, wafatnya Ali bin Abi Thalib karena Ibnu Muljam bunuh ketika ia melaksanakan salat subuh. (Muhafid/R6/HR-Online)