ARB dalam saham adalah salah satu istilah yang sering terdengar oleh para investor. Kondisi ini menunjukkan tentang pergerakan saham.
Mengingat saham adalah instrumen investasi yang banyak manfaatnya, kini sebaiknya Anda tahu beberapa istilah di dalamnya. Istilah dalam pembatasan salah satunya yaitu ARB atau Auto Reject Bawah.
Jika Anda masih menjadi investor saham pemula, sebaiknya carilah apa sebenarnya hal yang harus dilakukan dalam saham. Simak ulasan yang akan kami bahas berikut ini.
Baca Juga: Sejarah Saham BANK Membaik dari Beberapa Rekomendasi di 2022 Ini
Pengertian ARB dalam Saham
Dalam dunia saham, ada pembatasan yang bertujuan untuk melindungi investor dari kerugian. Sebab saham bisa saja mengalami kebalikan harga hingga penurunan yang cukup drastis.
Jika sampai investor salah dalam melangkah, kerugian yang akan Anda peroleh. ARB adalah pembatasan transaksi saat harganya turun terlalu jauh sampai menyentuh batas minimal.
Batas minimal tersebut menjadi penetapan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam satu perdagangan.
Jika sudah terjadi kondisi seperti ini, secara otomatis mengalami pembatasan yang namanya ARB.
Sistem bursa akan memberikan penolakan jual beli yang masuk secara otomatis, jika harga saham menembus harga batas yang BEI tetapkan.
Pembatasan ini terjadi dengan tujuan untuk bisa memastikan perdagangan saham berjalan dalam kondisi baik-baik saja.
Baca Juga: Saham Kebal Inflasi, Ini Rekomendasi Domestik Hingga Mancanegara
Penggunaan Istilah ARB
Dalam dunia saham, banyak istilah yang ada untuk memberitahu suatu kondisi yang sedang terjadi. Untuk itu, bagi para investor pemula sebaiknya jangan asal dalam menjalankan investasi yang satu ini.
Banyak istilah yang perlu Anda ketahui termasuk penggunaan istilah ARB. Adanya istilah tersebut terkait dengan adanya sifat saham yang fluktuatif.
Biasanya saham perusahaan bisa mengalami kondisi apa saja. Terkadang investasi bisa mengalami ARA atau Auto Reject Atas, namun bisa dengan mudah berubah menjadi status ARB dalam saham.
Saat kondisi terjadi seperti ini, membuat para investor bingung dalam menghadapinya. Sehingga terjadilah kepanikan.
Saat situasi normal, BEI menentukan nilai ARB berkisar antara 20%-35%.
Namun setelah pandemi berlangsung, hingga saat ini nilai ARB berubah menjadi 10% hingga dalam posisi 7%. Koreksi perubahan nilai ARB dalam investasi memiliki pengaruh besar.
Hampir semua jenis instrumen yang satu ini mengalami kondisi ARB. Bahkan hingga saham LQ-45 mengalami fenomena yang sama.
Baca Juga: Cara Menjual Saham Suspend di Pasar Nego, Risiko Harganya Turun
Contoh
ARB memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap dunia investasi. Jika investor tidak segera memberikan penanganan, tentu bisa mengalami kerugian.
Agar lebih memahaminya ada contohnya. Sebuah saham perusahaan A terjual dengan harga Rp 5.000 pada penutupan perdagangan kemarin.
Batas ARB sebesar 7%. Dengan demikian, saham tersebut memiliki batasan terendah sebesar Rp 4.650.
Jika saham perusahaan tersebut mengalami penurunan harga pada titik tersebut secara otomatis akan menolak order pembelian.
Dengan begitu ARB dalam saham wajib investor perhatikan. Sebab mempengaruhi pembatasan harga yang telah bursa tentukan. (R10/HR-Online)